Tuesday, 8 March 2011

kisah Nabi Nuh a.s.


Nabi Nuh a.s adalah nabi keempat sesudah Adam, Syith dan Idris dan keturunan kesembilan dari Nabi Adam. Ayahnya adalah Lamik bin Metusyalih bin Idris.

Berlalulah beberapa tahun dari kematian Nabi Adam. Bunga-bunga berguguran di sekitar kuburannya dan pohon-pohon dan batu-batuan tampak tidak bergairah. Banyak hal berubah di muka bumi. Dan sesuai dengan hukum umum, terjadilah kealpaan terhadap wasiat Nabi Adam. Kesalahan yang dahulu kembali terulang. Kesalahan dalam bentuk kelupaan, meskipun kali ini terulang secara berbeza.

Sebelum lahirnya kaum Nabi Nuh, telah hidup lima orang saleh dari datuk-datuk kaum Nabi Nuh. Mereka hidup selama beberapa zaman kemudian mereka mati. Nama-nama mereka adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr. Setelah kematian mereka, orang-orang membuat patung-patung dari mereka, dalam rangka menghormati mereka dan sebagai peringatan terhadap mereka. Kemudian berlalulah waktu, lalu orang-orang yang memahat patung itu mati. Lalu datanglah anak-anak mereka, kemudian anak-anak itu mati, dan datanglah cucu- cucu mereka. Kemudian timbullah berbagai dongeng dan khurafat yang membelenggu akal manusia di mana disebutkan bahawa patung-patung itu memiliki kekuatan khusus.

Di sinilah iblis memanfaatkan kesempatan, dan ia membisikkan kepada manusia bahawa berhala-berhala tersebut adalah Tuhan yang dapat mendatangkan manfaat dan menolak bahaya sehingga akhirnya manusia menyembah berhala-berhala itu. Kami tidak mengetahui sumber yang terpecaya berkenaan dengan bagaimana bentuk kehidupan ketika penyembahan terhadap berhala dimulai di bumi, namun kami mengetahui hukum umum yang tidak pernah berubah ketika manusia mulai cenderung kepada syirik. Dalam situasi seperti itu, kejahatan akan memenuhi bumi dan akal manusia akan kalah, serta akan meningkatnya kelaliman dan banyaknya orang-orang yang teraniaya. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Alhasil, kehidupan manusia semuanya akan berubah menjadi neraka Jahim. Situasi demikian ini pasti terjadi ketika manusia menyembah selain Allah SWT, baik yang disembah itu berhala dari batu, anak sapi dari emas, penguasa dari manusia, sistem dari berbagai sistem, mazhab dari berbagai mazhab, atau kuburan seorang wali. Sebab satu-satunya yang menjamin persamaan di antara manusia adalah, saat mereka hanya menyembah Allah SWT dan saat Dia diakui sebagai Pencipta mereka dan yang membuat undang-undang bagi mereka. Tetapi saat jaminan ini hilang lalu ada seorang yang mengklaim, atau ada sistem yang mengklaim memiliki wewenang ketuhanan maka manusia akan binasa dan akan hilanglah kebebasan mereka sepenuhnya.

Penyembahan kepada selain Allah SWT bukan hanya sebagai sebuah tragedi yang dapat menghilangkan kebebasan, namun pengaruh buruknya dapat merembet ke akal manusia dan dapat mengotorinya. Sebab, Allah SWT menciptakan manusia agar dapat mengenal-Nya dan menjadikan akalnya sebagai permata yang bertujuan untuk memperoleh ilmu. Dan ilmu yang paling penting adalah kesadaran bahawa Allah SWT semata sebagai Pencipta, dan selain-Nya adalah makhluk. Ini adalah poin penting dan dasar pertama yang harus ada sehingga manusia sukses sebagai khalifah di muka bumi.

Ketika akal manusia kehilangan potensinya dan berpaling ke selain Allah SWT maka manusia akan tertimpa kesalahan. Terkadang seseorang mengalami kemajuan secara materi kerana ia berhasil melalui jalan-jalan kemajuan, meskipun ia tidak beriman kepada Allah SWT, namun kemajuan materi ini yang tidak disertai dengan pengenalan kepada Allah SWT akan menjadi siksa yang lebih keras daripada siksaan apa pun, kerana ia pada akhirnya akan menghancurkan manusia itu sendiri. Ketika manusia menyembah selain Allah SWT maka akan meningkatlah penderitaan kehidupan dan kefakiran manusia. Terdapat hubungan kuat antara kehinaan manusia dan kefakiran mereka, serta tidak berimannya mereka kepada Allah. Allah SWT berfirman:

"Seandainya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. " (QS. al-A'raf: 96)

Demikianlah, bahawa kufur kepada Allah SWT atau syirik kepada-Nya akan menyebabkan hilangnya kebebasan dan hancurnya akal serta meningkatnya kefakiran, serta kosongnya kehidupan dari tujuan yang mulia. Dalam situasi seperti ini, Allah SWT mengutus Nuh untuk membawa ajaran-Nya kepada kaumnya. Nabi Nuh adalah seorang hamba yang akalnya tidak terpengaruh oleh polusi kolektif, yang menyembah selain Allah SWT. Allah SWT memilih hamba-Nya Nuh dan mengutusnya di tengah-tengah kaumnya.

Nuh membuat revolusi pemikiran. Ia berada di puncak kemuliaan dan kecerdasan. Ia merupakan manusia terbesar di zamannya. Ia bukan seorang raja di tengah-tengah kaumnya, bukan penguasa mereka, dan bukan juga orang yang paling kaya di antara mereka. Kita mengetahui bahawa kebesaran tidak selalu berhubungan dengan kerajaan, kekayaan, dan kekuasaan. Tiga hal tersebut biasanya dimiliki oleh jiwa-jiwa yang hina. Namun kebesaran terletak pada kebersihan hati, kesucian nurani, dan kemampuan akal untuk mengubah kehidupan di sekitarnya. Nabi Nuh memiliki semua itu, bahkan lebih dari itu. Nabi Nuh adalah manusia yang mengingat dengan baik perjanjian Allah SWT dengan Nabi Adam dan anak-anaknya, ketika Dia menciptakan mereka di alam atom. Berdasarkan fitrah, ia beriman kepada Allah SWT sebelum pengutusannya pada manusia. Dan semua nabi beriman kepada Allah SWT sebelum mereka diutus. Di antara mereka ada yang "mencari" Allah SWT seperti Nabi Ibrahim, ada juga di antara mereka yang beriman kepada-Nya dari lubuk hati yang paling dalam, seperti Nabi Musa, dan di antara mereka juga ada yang beribadah kepada-Nya dan menyendiri di gua Hira, seperti Nabi Muhammad saw.

Terdapat sebab lain berkenaan dengan kebesaran Nabi Nuh. Ketika ia bangun, tidur, makan, minum, atau mengenakan pakaian, masuk atau keluar, ia selalu bersyukur kepada Allah SWT dan memuji-Nya, serta mengingat nikmat-Nya dan selalu bersyukur kepada-Nya. Oleh kerana itu, Allah SWT berkata tentang Nuh:

"Sesungguhnya dia adalah hamba (Allah) yang banyak bersyukur." (QS. al-Isra': 3)

Allah SWT memilih hamba-Nya yang bersyukur dan mengutusnya sebagai nabi pada kaumnya. Nabi Nuh keluar menuju kaumnya dan memulai dakwahnya:

"Wahai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Sesungguhnya (kalau kamu tidak menyembah Allah), aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar. " (QS. al-A'raf: 59)

Dengan kalimat yang singkat tersebut, Nabi Nuh meletakkan hakikat ketuhanan kepada kaumnya dan hakikat hari kebangkitan. Di sana hanya ada satu Pencipta yang berhak disembah. Di sana terdapat kematian, kemudian kebangkitan kemudian hari kiamat. Hari yang besar yang di dalamnya terdapat siksaan yang besar.

Nabi Nuh menjelaskan kepada kaumnya bahawa mustahil terdapat selain Allah Yang Maha Esa sebagai Pencipta. Ia memberikan pengertian kepada mereka, bahawa setan telah lama menipu mereka dan telah tiba waktunya untuk menghentikan tipuan ini. Nuh menyampaikan kepada mereka, bahawa Allah SWT telah memuliakan manusia: Dia telah menciptakan mereka, memberi mereka rezeki, dan menganugerahi akal kepada mereka. Manusia mendengarkan dakwahnya dengan penuh kekhusukan. Dakwah Nabi Nuh cukup mengguncangkan jiwa mereka. Laksana tembok yang akan roboh yang saat itu di situ ada seorang yang tertidur dan engkau meng-goyang tubuhnya agar ia bangun. Barangkali ia akan takut dan ia marah meskipun engkau bertujuan untuk menyelamatkannya.

Akar-akar kejahatan yang ada di bumi mendengar dan merasakan ketakutan. Pilar-pilar kebencian terancam dengan cinta ini yang dibawa oleh Nabi Nuh. Setelah mendengar dakwah Nabi Nuh, kaumnya terpecah menjadi dua kelompok: Kelompok orang-orang lemah, orang-orang fakir, dan orang-orang yang menderita, di mana mereka merasa dilindungi dengan dakwah Nabi Nuh, sedangkan kelompok yang kedua adalah kelompok orang-orang kaya, orang-orang kuat, dan para penguasa di mana mereka menghadapi dakwah Nabi Nuh dengan penuh keraguan. Bahkan ketika mereka mempunyai kesempatan, mereka mulai melancarkan serangan untuk melawan Nabi Nuh. Mula-mula mereka menuduh bahawa Nabi Nuh adalah manusia biasa seperti mereka:

"Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami.'" (QS. Hud: 27)

Dalam tafsir al-Quturbi disebutkan: "Masyarakat yang menentang dakwahnya adalah para pembesar dari kaumnya. Mereka dikatakan al- Mala' kerana mereka seringkali berkata. Misalnya mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Wahai Nuh, engkau adalah manusia biasa." Padahal Nabi Nuh juga mengatakan bahawa ia memang manusia biasa. Allah SWT mengutus seorang rasul dari manusia ke bumi kerana bumi dihuni oleh manusia. Seandainya bumi dihuni oleh para malaikat nescaya Allah SWT mengutus seorang rasul dari malaikat.

Berlanjutlah peperangan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh. Mula- mula, rezim penguasa menganggap bahawa dakwah Nabi Nuh akan mati dengan sendirinya, namun ketika mereka melihat bahawa dakwahnya menarik perhatian orang-orang fakir, orang-orang lemah, dan pekerja- pekerja sederhana, mereka mulai menyerang Nabi Nuh dari sisi ini. Mereka menyerangnya melalui pengikutnya dan mereka berkata kepadanya: "Tiada yang mengikutimu selain orang-orang fakir dan orang- orang lemah serta orang-orang hina."

Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): 'Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. Maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: 'Kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikutimu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apa pun atas kami, bahkan kami yakin bahawa kamu adalah orang-orang yang berdusta. " (QS. Hud: 25-27)

Demikianlah telah berkecamuk pertarungan antara Nabi Nuh dan para bangsawan dari kaumnya. Orang-orang yang kafir itu menggunakan dalih persamaan dan mereka berkata kepada Nabi Nuh: "Dengarkan wahai Nuh, jika engkau ingin kami beriman kepadamu maka usirlah orang-orang yang beriman kepadamu. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang lemah dan orang-orang yang fakir, sementara kami adalah kaum bangsawan dan orang-orang kaya di antara mereka. Dan mustahil engkau menggabungkan kami bersama mereka dalam satu dakwah (majelis)." Nabi Nuh mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang-orang kafir dari kaumnya. la mengetahui bahawa mereka menentang. Meskipun demikian, ia menjawabnya dengan baik. Ia memberitahukan kepada kaumnya bahawa ia tidak dapat mengusir orang-orang mukmin, kerana mereka bukanlah tamu-tamunya namun mereka adalah tamu-tamu Allah SWT. Rahmat bukan terletak dalam rumahnya di mana masuk di dalamnya orang-orang yang dikehendakinya dan terusir darinya orang-orang yang dikehendakinya, tetapi rahmat terletak dalam rumah Allah SWT di mana Dia menerima siapa saja yang dikehendaki-Nya di dalamnya. Allah SWT berfirman:

"Berkata Nuh: 'Hai kaumku, bagaimana pikiranmu, jika aku mempunyai bukti yang nyata dari Tuhanku, dan diberinya aku rahmat dari sisi-Nya, tetapi rahmat itu disamarkan bagimu. Apa akan kami paksakankah kamu menerimanya, padahal kamu tidak menyukainya? Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, aku tidak meminta harta benda kepada kamu (sebagai upah) bagi seruanku. Upahku hanyalah dari Allah dan aku sekali-kali tidak akan mengusir orang-orang yang telah beriman. Sesungguhnya mereka akan bertemu dengan Tuhannya, akan tetapi aku memandangmu suatu kaum yang tidak mengetahui.' Dan (dia berkata): 'Hai kaumku, siapakah yang dapat menolongku dari (azab) Allah jika aku mengusir mereka. Maka tidakkan kamu mengambil pelajaran?' Dan aku tidak mengatakan kepada kamu (bahawa): 'Aku mempunyai gudang-gudang rezeki dan kekayaan dari Allah, dan aku tidak mengetahui hal yang ghaib, dan tidak pula aku mengatakan: 'Sesungguhnya aku adalah malaikat,' dan tidak juga aku mengatakan kepada orang-orang yang dipandang hina oleh penglihatanmu: 'Sekali-kali Allah tidak akan mendatangkan kebaikan kepada mereka. Allah lebih mengetahui apa yang ada pada mereka. Sesungguhnya aku kalau begitu benar-benar termasuk orang-orang yang lalim.'" (QS. Hud: 28-31)

Nuh mematahkan semua argumentasi orang-orang kafir dengan logik para nabi yang mulia. Yaitu, logik pemikiran yang sunyi dari kesombongan peribadi dan kepentingan-kepentingan khusus. Nabi Nuh berkata kepada mereka bahawa Allah SWT telah memberinya agama, kenabian, dan rahmat. Sedangkan mereka tidak melihat apa yang diberikan Allah SWT kepadanya. Selanjutnya, ia tidak memaksakan mereka untuk mempercayai apa yang disampaikannya saat mereka membenci. Kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah) tidak dapat dipaksakan atas seseorang. Ia memberitahukan kepada mereka bahawa ia tidak meminta imbalan dari mereka atas dakwahnya. Ia tidak meminta harta dari mereka sehingga memberatkan mereka. Sesungguhnya ia hanya mengharapkan pahala (imbalan) dari Allah SWT. Allahlah yang memberi pahala kepadanya. Nabi Nuh menerangkan kepada mereka bahawa ia tidak dapat mengusir orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Meskipun sebagai Nabi, ia memiliki keterbatasan dan keterbatasan itu adalah tidak diberikannya hak baginya untuk mengusir orang-orang yang beriman kerana dua alasan. bahawa mereka akan bertemu dengan Alllah SWT dalam keadaan beriman kepada-Nya, maka bagaimana ia akan mengusir orang yang beriman kepada Allah SWT, kemudian seandainya ia mengusir mereka, maka mereka akan menentangnya di hadapan Allah SWT. Ini berakibat pada pemberian pahala dari Allah SWT atas keimanan mereka dan balasan-Nya atas siapa pun yang mengusir mereka. Maka siapakah yang dapat menolong Nabi Nuh dari siksa Allah SWT seandainya ia mengusir mereka?

Demikianlah Nabi Nuh menunjukkan bahawa permintaan kaumnya agar ia mengusir orang-orang mukmin adalah tindakan bodoh dari mereka. Nabi Nuh kembali menyatakan bahawa ia tidak dapat melakukan sesuatu yang di luar wewenangnya, dan ia memberitahu mereka akan kerendahannya dan kepatuhannya kepada Allah SWT. Ia tidak dapat melakukan sesuatu yang merupakan bahagian dari kekuasaan Allah SWT, yaitu pemberian nikmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya. Ia tidak mengetahui ilmu ghaib, kerana ilmu ghaib hanya khusus dimiliki oleh Allah SWT. Ia juga memberitahukan kepada mereka bahawa ia bukan seorang raja, yakni kedudukannya bukan seperti kedudukan para malaikat. Sebahagian ulama berargumentasi dari ayat ini bahawa para malaikat lebih utama dari pada para nabi (silakan melihat tafsir Qurthubi).

Nabi Nuh berkata kepada mereka: "Sesungguhnya orang-orang yang kalian pandang sebelah mata, dan kalian hina dari orang-orang mukmin yang kalian remehkan itu, sesungguhnya pahala mereka itu tidak sirna dan tidak berkurang dengan adanya penghinaan kalian terhadap mereka. Sungguh Allah SWT lebih tahu terhadap apa yang ada dalam diri mereka. Dialah yang membalas amal mereka. Sungguh aku telah menganiaya diriku sendiri seandainya aku mengatakan bahawa Allah tidak memberikan kebaikan kepada mereka."

Kemudian rezim penguasa mulai bosan dengan debat ini yang disampaikan oleh Nabi Nuh. Allah SWT menceritakan sikap mereka terhadap Nabi Nuh dalam flrman-Nya:

"Mereka berkata: 'Hai Nuh, sesungguhnya kamu telah berbantah dengan kami, dan kamu telah memperpanjang bantahanmu terhadap kami, maka datangkanlah kepada kami azab yang kamu ancamkan kepada kami, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.' Nuh menjawab: 'Hanyalah Allah yang akan mendatangkan azab itu kepadamu jika Dia menghendaki, dan kamu sekali-kali tidak dapat melepaskan diri. Dan tidaklah bermanfaat kepadamu nasihatku jika aku hendak memberi nasihat kepada kamu, sekiranya Allah hendak menyesatkan kamu. Dia adalah Tuhanmu, dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan. " (QS. Hud: 32-34)

Nabi Nuh menambahkan bahawa mereka tersesat dari jalan Allah SWT. Allahlah yang menjadi sebab terjadinya segala sesuatu, namun mereka memperoleh kesesatan disebabkan oleh ikhtiar mereka dan kebebasan mereka serta keinginan mereka. Dahulu iblis berkata:

"Kerana Engkau telah menghukum saya tersesat..." (QS. al-A'raf: 16)

Secara zahir tampak bahawa makna ungkapan itu berarti Allahlah yang menyesatkannya, padahal hakikatnya adalah bahawa Allah SWT telah memberinya kebebasan dan kemudian Dia akan meminta pertanggungjawapannya. Kita tidak sependapat dengan pandangan al- Qadhariyah, al-Mu'tazilah, dan Imamiyah. Mereka berpendapat bahawa keinginan manusia cukup sebagai kekuatan untuk melakukan perbuatannya, baik berupa ketaatan maupun kemaksiatan. kerana bagi mereka, manusia adalah pencipta perbuatannya. Dalam hal itu, ia tidak membutuhkan Tuhannya. Kami tidak mengambil pendapat mereka secara mutlak. Kami berpendapat bahawa manusia memang menciptakan perbuatannya namun ia membutuhkan bantuan Tuhannya dalam melakukannya.

Alhasil, Allah SWT mengerahkan setiap makhluk sesuai dengan arah penciptaannya, baik pengarahann itu menuju kebaikan atau keburukan. Ini termasuk kebebasan sepenuhnya. Manusia memilih dengan kebebasannya kemudian Allah SWT mengerahkan jalan menuju pilihannya itu. Iblis memilih jalan kesesatan maka Allah SWT mengarahkan jalan kesesatan itu padanya, sedangkan orang-orang kafir dari kaum Nabi Nuh memilih jalan yang sama maka Allah pun mengarahkan jalan itu pada mereka.

Peperangan pun berlanjut, dan perdebatan antara orang-orang kafir dan Nabi Nuh semakin melebar, sehingga ketika argumentasi-argumentasi mereka terpatahkan dan mereka tidak dapat mengatakan sesuatu yang pantas, mereka mulai keluar dari batas-batas adab dan berani mengejek Nabi Allah.

"Pemuka-pemuka dari kaumnya berkata: 'Sesungguhnya kami memandang kamu berada dalam kesesatan yang nyata." (QS. al-A'raf: 60)

Nabi Nuh menjawab dengan menggunakan sopan-santun para nabi yang agung.

"Nuh menjawab: 'Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikit pun tetapi aku adalah utusan dari Tuhan semesta alam. Aku sampaikan kepadamu amanat-amanat Tuhanku dan aku memberi nasihat kepadamu, dan aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui." (QS. al-A'raf: 61-62)

Nabi Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya, waktu demi waktu, hari demi hari, dan tahun demi tahun. Berlalulah masa yang panjang itu, namun Nabi Nuh tetap mengajak kaumnya. Nabi Nuh berdakwah kepada mereka siang malam, dengan sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, bahkan ia pun memberikan contoh-contoh pada mereka. Ia menjelaskan kepada mereka tanda-tanda kebesaran Allah SWT dan kekuasaan-Nya di dunia. Namun setiap kali ia mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT, mereka lari darinya, dan setiap kali ia mengajak mereka agar Allah SWT mengampuni mereka, mereka meletakkan jari-jari mereka di telinga-telinga mereka dan mereka menampakkan kesombongan di depan kebenaran. Allah SWT menceritakan apa yang dialami oleh Nabi Nuh dalam firman-Nya:

"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka agar Engkau mengampuni mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan bajunya (ke mukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan keterlaluan. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka dengan cara yang terang-terangan, kemudian aku menyeru mereka lagi dengan terang-terangan dan dengan diam-diam, maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun. Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak- anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.'" (QS. Nuh: 5-12)

Namun apa jawapan kaumnya?

"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah mendurhakaiku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian belaka. Mereka telah melakukan tipu-daya yang amat besar. Dan mereka berkata: 'Janganlah sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kamu dan jangan pula sekali-kali meninggalkan (penyembahan) wadd, suwa, yaghuts, yauq, dan nasr. Dan sesudahnya mereka telah menyesatkan kebanyakan (manusia); dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang lalim itu selain kesesatan,'" (QS. Nuh: 21-24)

Nuh tetap melanjutkan dakwah di tengah-tengah kaumnya selama 950 tahun. Allah SWT berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun. " (QS. Ankabut: 14)

Sayangnya, jumlah kaum mukmin tidak bertambah sedangkan jumlah kaum kafir justru bertambah. Nabi Nuh sangat sedih namun ia tidak sampai kehilangan harapan. la senantiasa mengajak kaumnya dan berdebat dengan mereka. Namun kaumnya selalu menghadapinya dengan kesombongan, kekufuran, dan penentangan. Nabi Nuh sangat bersedih terhadap kaumnya namun ia tidak sampai berputus asa. la tetap menjaga harapan selama 950 tahun. Tampak bahawa usia manusia sebelum datangnya taufan cukup panjang. Dan barangkali usia panjang bagi Nabi Nuh merupakan mukjizat khusus baginya.

Datanglah hari di mana Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahawa orang-orang yang beriman dari kaumnya tidak akan bertambah lagi. Allah SWT mewahyukan kepadanya agar ia tidak bersedih atas tindakan mereka. Maka pada saat itu, Nabi Nuh berdoa agar orang-orang kafir dihancurkan. la berkata:

"Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang- orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26)

Nabi Nuh membenarkan doanya dengan alasan:

"Sesungguhnya jika Engkau biarkan mereka tinggal, nescaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat dan kafir. " (QS. Nuh: 27)

Allah SWT berfirman dalam surah Hud:

"Dan diwahyukan kepada Nuh, bahawasannya sekali-kali tidak akan beriman di antara kaummu, kecuali orang-orang yang telah beriman saja, kerana itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 36-37)

Kemudian Allah SWT menetapkan hukum-Nya atas orang-orang kafir, yaitu datangnya angin taufan. Allah SWT memberitahu Nuh, bahawa ia akan membuat perahu ini dengan "pengawasan Kami dan wahyu kami," yakni dengan ilmu Allah SWT dan pengajaran-Nya, serta sesuai dengan pengarahan-Nya dan bantuan para malaikat.

Allah SWT menetapkan perintah-Nya kepada Nuh:

"Dan janganlah kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang lalim itu. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. (QS. Hud: 37)

Allah SWT menenggelamkan orang-orang yang lalim, apa pun kedudukan mereka dan apa pun kedekatan mereka dengan Nabi. Allah SWT melarang Nabi-Nya untuk berdialog dengan mereka atau menengahi urusan mereka. Nabi Nuh mulai menanam pohon untuk membuat perahu darinya. Ia menunggu beberapa tahun, kemudian ia memotong apa yang ditanamnya dan mulai merakitnya. Akhirnya, jadilah perahu yang besar, yang tinggi, dan kuat.

Para mufasir berbeza pendapat tentang besarnya perahu itu, bentuknya, masa pembuatannya, tempat pembuatannya dan lain-lain. Berkenaan dengan hal tersebut Fakhrur Razi berkata: "Ketahuilah bahawa pembahasan ini tidak menarik bagiku kerana ia merupakan hal-hal yang tidak perlu diketahuinya. Saya kira mengetahui hal tersebut hanya mendatangkan manfaat yang sedikit." Mudah-mudahan Allah SWT merahmati Fakhrur Razi yang menyatakan kebenaran dengan kalimatnya itu. Kita tidak mengetahui hakikat perahu ini, kecuali apa yang telah Allah SWT ceritakan kepada kita tentang hal itu. Misalnya, kita tidak mengetahui dimana ia dibuat, berapa panjangnya atau lebarnya, dan kita secara pasti tidak mengetahui selain tempat yang ditujunya setelah ia berlabuh.

Allah SWT tidak memberikan keterangan secara detail berkenaan dengan hal tersebut yang tidak memberikan kepentingan pada kandungan cerita dan tujuannya yang penting. Nabi Nuh mulai membangun perahu, lalu orang-orang kafir lewat di depannya saat ia dalam keadaan serius membuat perahu. Saat itu, cuaca atau udara sangat kering, dan di sana tidak terdapat sungai atau laut yang dekat. Bagaimana perahu ini akan berlayar wahai Nuh? Apakah ia akan berlayar di atas tanah? Di manakah air yang memungkinkan bagi perahumu untuk belayar? Sungguh Nuh telah gila! Orang-orang kafir semakin tertawa terbahak-bahak dan semakin mengejek Nabi Nuh.

Puncak pertentangan dalam kisah Nabi Nuh tampak dalam masa ini. Kebatilan mengejek kebenaran dan cukup lama menertawakan kebenaran. Mereka menganggap bahawa dunia adalah milik mereka dan bahawa mereka akan selalu mendapatkan keamanan dan bahawa siksa tidak akan terjadi. Namun anggapan mereka itu tidak terbukti. Datangnya angin taufan menjungkirbalikkan semua perkiraan mereka. Saat itu, orang-orang mukmin mengejek balik orang-orang kafir dan ejekan mereka adalah kebenaran. Allah SWT berfirman:

"Dan mulailah Nuh membuat bahtera itu. Dan setiap kali pemimpin kaumnya berjalan metewati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh: 'Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) akan mengejekmu sebagaimana kamu sekalian mengejek kami. Kelak kamu akan mengetahui siapa yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakan dan yang akan ditimpa azab yang kekal." (QS. Hud: 38- 39)

Selesailah pembuatan perahu dan duduk menunggu perintah Allah SWT. Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Nuh bahawa jika ada yang mempunyai dapur, maka ini sebagai tanda dimulainya angin taufan. Di sebutkan bahawa tafsiran dari at-Tannur ialah oven (alat untuk memanggang roti) yang ada di dalam rumah Nabi Nuh. Jika keluar darinya air dan ia lari maka itu merupakan perintah bagi Nabi Nuh untuk bergerak. Maka pada suatu hari tannur itu mulai menunjukkan tanda- tandanya dari dalam rumah Nabi Nuh, lalu Nabi Nuh segera membuka perahunya dan mengajak orang-orang mukmin untuk menaikinya. Jibril turun ke bumi. Nabi Nuh membawa burung, binatang buas, binatang yang berpasang-pasangan, sapi, gajah, semut, dan lain-lain. Dalam perahu itu, Nabi Nuh telah membuat kandang binatang buas.

Jibril menggiring setiap dua binatang yang berpasangan agar setiap spesies binatang tidak punah dari muka bumi. Ini berarti bahawa angin taufan telah menenggelamkan bumi semuanya, kalau tidak demikian maka buat apa ia harus mengangkut jenis binatang-binatang itu. Binatang-binatang mulai menaiki perahu itu beserta orang-orang yang beriman dari kaumnya. Jumlah orang-orang mukmin sangat sedikit. Allah SWT berfirman:

"Hingga apabila perintah Kami datang dan tannur telah memancarkan air, Kami berfirman: 'Muatkanlah ke dalam bahtera itu dari masing- masing binatang sepasang (jantan dan betina), dan keluargamu kecuali orang yang terdahulu ketetapan terhadapnya dan (muatkanlah pula) orang-orang yang beriman.' Dan tidak beriman bersama Nuh itu kecuali sedikit. " (QS. Hud: 40)

Istri Nabi Nuh tidak beriman kepadanya sehingga ia tidak ikut menaiki perahu, dan salah satu anaknya menyembunyikan kekafirannya dengan menampakkan keimanan di depan Nabi Nuh, dan ia pun tidak ikut menaikinya. Mayoritas manusia saat itu tidak beriman sehingga mereka tidak turut berlayar. Hanya orang-orang mukmin yang mengarungi lautan bersamanya. Ibnu Abbas berkata: "Terdapat delapan puluh orang dari kaum Nabi Nuh yang beriman kepadanya."

Air mulai meninggi yang keluar dari celah-celah bumi. Tiada satu celah pun di bumi kecuali keluar air darinya. Sementara dari langit turunlah hujan yang sangat deras yang belum pernah turun hujan dengan curah seperti itu di bumi, dan tidak akan ada hujan seperti itu sesudahnya. Lautan semakin bergolak dan ombaknya menerpa apa saja dan menyapu bumi. Perut bumi bergerak dengan gerakan yang tidak wajar sehingga bola bumi untuk pertama kalinya tenggelam dalam air sehingga ia menjadi bola air. Allah SWT berfirman:

"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air maka bertemulah air-air itu untuk satu urusan yang sungguh telah ditetapkan. Dan Kami angkut Nuh ke atas (bahtera) yang terbuat dari papan dan paku. (QS. al-Qamar: 11-13)

Air meninggi di atas kepala manusia, dan ia melampaui ketinggian pohon, bahkan puncak gunung. Akhirnya, permukaan bumi diselimuti dengan air. Ketika mula-mula datang taufan, Nabi Nuh memanggil-manggil puteranya. puteranya itu berdiri agak jauh darinya. Nabi Nuh memanggilnya dan berkata:

"Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir." (QS. Hud: 42)

Anak itu menjawab ajakan ayahnya:

"Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah." (QS. Hud: 43)

Nabi Nuh kembali menyerunya:

"Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain orang yang dirahmati-Nya." (QS. Hud: 43)

Selesailah dialog antara Nabi Nuh dan anaknya.

"Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan. " (QS. Hud: 43)

Perhatikanlah ungkapan AI-Qur'an al-Karim: Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya. Ombak tiba-tiba mengakhiri dialog mereka. Nabi Nuh mencari, namun ia tidak mendapati anaknya. Ia tidak menemukan selain gunung ombak yang semakin meninggi dan meninggi bersama perahu itu. Nabi Nuh ddak dapat melihat segala sesuatu selain air. Allah SWT berkehendak - sebagai rahmat dari-Nya - untuk menenggelamkan si anak jauh dari penglihatan si ayah. Inilah kasih sayang Allah SWT terhadap si ayah. Anak Nabi Nuh mengira bahawa gunung akan mencegahnya dari kejaran air namun ia pun terkejar dan tenggelam. Angin taufan terus berlanjut dan terus membawa perahu Nabi Nuh. Setelah berlalu beberapa saat, pemandangan tertuju kepada bumi yang telah musnah sehingga tiada kehidupan kecuali sebahagian kayu yang darinya Nabi Nuh membuat perahu di mana ia menyelamatkan orang-orang mukmin, begitu juga berbagai binatang yang ikut bersama mereka. Adalah hal yang sulit bagi kita untuk membayangkan kedahsyatan taufan itu. Yang jelas, ia menunjukkan kekuasaan Pencipta. Perahu itu berlayar dengan mereka dalam ombak yang laksana gunung. Sebahagian ilmuwan meyakini bahawa terpisahnya beberapa benua dan terbentuknya bumi dalam rupa seperti sekarang adalah sebagai akibat dari taufan yang dahulu.

taufan yang dialami oleh Nabi Nuh terus berlanjut dalam beberapa zaman di mana kita tidak dapat mengetahui batasnya. Kemudian datanglah perintah Ilahi agar langit menghentikan hujannya dan agar bumi tetap tenang dan menelan air itu, dan agar kayu-kayu perahu berlabuh di al-Judi, yaitu nama suatu tempat di zaman dahulu. Ada yang mengatakan bahawa ia adalah gunung yang terletak di Irak. Dengan datangnya perintah Ilahi, bumi kembali menjadi tenang dan air menjadi surut. taufan telah menyucikan bumi dan membasuhnya. Allah SWT berfirman:

"Dan difirmankan: 'Hai bumi telanlah airmu, dan hai langit (hujan) berhentilah,' dan air pun disurutkan, perintah pun diselesaikan dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukitjudi. Dan dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim. " (QS. Hud: 44)

Dan air pun disurutkan, yakni air berkurang dan kembali ke celah-celah bumi. Segala urusan telah diputuskan dan orang-orang kafir telah hancur sepenuhnya. Dikatakan bahawa Allah SWT me-mandulkan rahim-rahim wanita selama empat puluh tahun sebelum datangnya taufan, kerana itu tidak ada yang terbunuh seorang anak bayi atau anak kecil.

Firman-Nya: Dan bahtera itu pun berlabuh di atas bukit judi, yakni ia berlabuh di atasnya. Di sebutkan bahawa hari itu bertepatan dengan hari Asyura' (hari kesepuluh dari bulan Muharam). Lalu Nabi Nuh berpuasa dan memerintahkan orang-orang yang bersamanya untuk berpuasa juga.

Dikatakan: 'Binasalah orang-orang yang lalim, 'yakni kehancuran bagi mereka. taufan menyucikan bumi dari mereka dan membersihkannya. Lenyaplah peristiwa yang mengerikan dengan lenyapnya taufan. Dan berpindahlah pergulatan dari ombak ke jiwa Nabi Nuh. Ia mengingat anaknya yang tenggelam. Nabi Nuh tidak mengetahui saat itu bahawa anaknya menjadi kafir. Ia menganggap bahawa anaknya sebagai seorang mukmin yang memilih untuk menyelamatkan diri dengan cara berlindung kepada gunung. Namun ombak telah mengakhiri percakapan keduanya sebelum mereka menyelesaikannya. Nabi Nuh tidak mengetahui seberapa jauh bahagian keimanan yang ada pada anaknya. Lalu bergeraklah naluri kasih sayang dalam hati sang ayah. Allah SWT berfirman:

"Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil- adilnya. " (QS. Hud: 45)

Nuh ingin berkata kepada Allah SWT bahawa anaknya termasuk dari keluarganya yang beriman dan Dia menjanjikan untuk menyelamatkan keluarganya yang beriman. Allah SWT berkata dan menjelaskan kepada Nuh keadaan sebenarnya yang ada pada anaknya:

"Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan). Sesungguhnya perbuatannya tidak baik. Sebab itu, janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakikatnya). Aku memperingatkan kepa- damu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan.'" (QS. Hud: 46)

Al-Qurthubi berkata - menukil dari guru-gurunya dari kalangan ulama - ini adalah pendapat yang kami dukung: "Anaknya berada di sisinya (yakni bersama Nabi Nuh dan dalam dugaannya ia seorang mukmin). Nabi Nuh tidak berkata kepada Tuhannya: "Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku," kecuali kerana ia memang menampakkan hal yang demikian kepadanya. Sebab, mustahil ia meminta kehancuran orang-orang kafir kemudian ia meminta agar sebahagian mereka diselamatkan."

Anaknya menyembunyikan kekufuran dan menampakkan keimanan. Lalu Allah SWT memberitahukan kepada Nuh ilmu ghaib yang khusus dimiliki- Nya. Yakni Allah SWT memberitahunya keadaan sebenarnya dari anaknya. Allah SWT ketika menasihatinya agar jangan sampai ia menjadi orang-orang yang tidak mengerti. Dia ingin menghilangkan darinya anggapan bahawa anaknya beriman kemudian mati bersama orang-orang kafir.

Di sana terdapat pelajaran penting yang terkandung dalam ayat-ayat yang mulia itu, yang menceritakan kisah Nabi Nuh bersama anaknya. Allah SWT ingin berkata kepada Nabi-Nya yang mulia bahawa anaknya bukan termasuk keluarganya kerana ia tidak beriman kepada Allah SWT. Hubungan darah bukanlah hubungan hakiki di antara manusia. Anak seorang nabi adalah anaknya yang meyakini akidah, yaitu mengikuti Allah SWT dan nabi, dan bukan anaknya yang menentangnya, meskipun berasal dari sulbinya. Jika demikian seorang mukmin harus menghindar dari kekufuran. Dan di sini juga harus di teguhkan hubungan sesama akidah di antara orang-orang mukmin. Adalah tidak benar jika hubungan sesama mereka dibangun berdasarkan darah, iras, warna kulit, atau tempat tinggal.

Nabi Nuh memohon ampun kepada Tuhannya dan bertaubat kepada-Nya. Kemudian Allah SWT merahmatinya dan memerintahkannya untuk turun dari perahu dalam keadaan dipenuhi dengan keberkahan dari Allah SWT dan penjagaan-Nya:

"Nuh berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakikatnya). Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, nescaya aku akan termasuk orang-orang yang rugi. " (QS. Hud: 47)

Difirmankan: "'Hai Nuh, turunlah dengan selamat dan penuh keberkatan dari Kami atasmu dan atas umat-umat (yang beriman) dari orang-orang yang bersamamu.'" (QS. Hud: 48)

Nabi Nuh turun dari perahunya dan ia melepaskan burung-burung dan binatang-binatang buas sehingga mereka menyebar ke bumi. Setelah itu, orang-orang mukmin juga turun. Nabi Nuh meletakkan dahinya ke atas tanah dan bersujud. Saat itu bumi masih basah kerana pengaruh taufan. Nabi Nuh bangkit setelah solatnya dan menggali pondasi untuk membangun tempat ibadah yang agung bagi Allah SWT. Orang-orang yang selamat menyalakan api dan duduk-duduk di sekelilingnya. Menyalakan api sebelumnya di larang di dalam perahu kerana dikhuatirkan api akan menyentuh kayu-kayunya dan membakarnya. Tak seorang pun di antara mereka yang memakan makanan yang hangat selama masa taufan.

Berlalulah hari puasa sebagai tanda syukur kepada Allah SWT. Al-Qur'an tidak lagi menceritakan kisah Nabi Nuh setelah taufan sehingga kita tidak mengetahui bagaimana peristiwa yang dialami Nabi Nuh bersama kaumnya. Yang kita ketahui atau yang perlu kita tegaskan bahawa Nabi Nuh mewasiatkan kepada putera-puteranya saat ia meninggal agar mereka hanya menyembah Allah SWT.

Pengajaran Dari Kisah Nabi Nuh a.s.

Bahawasanya hubungan antara manusia yang terjalin kerana ikatan persamaan kepercayaan atau penamaan aqidah dan pendirian adalah lebih erat dan lebih berkesan drp hubungan yang terjalin kerana ikatan darah atau kelahiran. Kan'aan yang walaupun ia adalah anak kandung Nabi Nuh, oleh Allah s.w.t. dikeluarkan dari bilangan keluarga ayahnya kerana ia menganut kepercayaan dan agama berlainan dengan apa yang dianut dan didakwahkan oleh ayahnya sendiri, bahkan ia berada di pihak yang memusuhi dan menentangnya.

Maka dalam pengertian inilah dapat difahami firman Allah dalam Al- Quran yang bermaksud: "Sesungguhnya para mukmin itu adalah bersaudara."

Demikian pula hadis Rasulullah s.a.w yang bermaksud:"Tidaklah sempurna iman seseorang kecuali jika ia menyintai saudaranya yang beriman sebagaimana ia menyintai dirinya sendiri." Juga peribahasa yang berbunyi:"Adakalanya engkau memperolehi seorang saudara yang tidak dilahirkan oleh ibumu."

siapakah dajjal sebenarnya


Asal-Usul Keluarga dajjal

Dajjal adalah seorang manusia dari keturunan Yahudi. Dia bukan Jin atau apa jua makhluk lain selain ia sebagai manusia yg ditangguhkan ajalnya “Minal Munzharin” seperti halnya Nabi Isa as yg di angkat oleh Allah swt ke atas langit dan ditangguhkan kematiannya sehingga beliau nantinya turun semula ke atas muka bumi ini lalu beliau akan mati dan di kuburkan di Madinah AlMunawwarah. Sama juga halnya dgn Nabi Khidhir, para malaikat dan Iblis yg di tangguhkan kematian sehingga kiamat nanti.

Dajjal; ayahnya seorang yg tinggi dan gemuk. Hidungnya seperti Paruh burung (kebiasaannya orang Yahudi memang berhidung sebegini). Sedangkan Ibunya pula seorang perempuan gemuk dan banyak dagingnya. Menurut Imam Al Barzanji ada pendapat mengatakan bahawa asal keturunan bapanya ialah seorang Dukun Yahudi yg di kenali dgn “syaqq” manakala ibunya adalah dari bangsa Jin. Ia hidup di zaman Nabi Sulaiman a.s dan mempunyai hubungan dengan makhluk halus. Lalu oleh Nabi Sulaiman ia akhirnya ditangkap dan dimasukkan ke dalam penjara. Walau bagaimanapun kelahiran dan kehidupan masa kecil tidak diketahui dgn jelas.

Sifat Badannya

Hadis Huzaifah r.a katanya: Rasulullah s.a.w. telah bersabda: Dajjal ialah orang yang buta sebelah matanya iaitu sebelah kiri, lebat (panjang) rambutnya serta dia mempunyai Syurga dan Neraka. Nerakanya itu merupakan Syurga dan Syurganya pula ialah Neraka (Hadis Sahih Muslim)

Ada beberapa ciri perawakan Dajjal yg disebutkan dalam Hadis Rasulullah S.a.w, diantaranya: Seorang yg kelihatannya masih muda, berbadan besar dan agak kemerah-merahan, rambutnya kerinting dan tebal. Kelihatan dari belakang seolah-olah dahan kayu yg rimbun.

Dan tandanya yg paling ketara sekali ada dua;

Pertama: Buta mata kirinya dan kelihatan seperti buah kismis yg kecut, manakala mata kanannya tertonjol keluar kehijau-hijauan berkelip-kelip laksana bintang. Jadi kedua-dua matanya adalah cacat.

Kedua: Tertulis didahinya tulisan “Kafir (Kaf-Fa-Ra)”. Tulisan ini dapat dibaca oleh setiap org Islam, sama ada ia pandai membaca atau tidak. Mengikut hadis riwayat At-Thabrani, kedua-dua tanda ini menjelma dalam diri Dajjal setelah ia mengaku sebagai Tuhan. Adapun sebelum itu, kedua-dua tanda yang terakhir ini belum ada pada dirinya.

Dan selanjutnya kita dapat mengetahuinya dari kisah Tamim Ad Dari yang telah bertemu dengan Dajjal itu di sebuah pulau.

Tempat Tinggalnya Sekarang

Menurut riwayat yg sahih yg disebutkan dalam kitab “Shahih Muslim”, bahawa Dajjal itu sudah wujud sejak beberapa lama. Ia dirantai di sebuah pulau dan ditunggu oleh seekor binatang yg bernama “Al-Jassasah”. Terdapat hadis panjang mengenainya. Daripada Hadis ini jelaslah bagi kita bahawa Dajjal itu telah ada dan ia menunggu masa yg diizinkan oleh Allah swt utk keluar menjelajah permukaan bumi ini dan tempat “transitnya” itu ialah di sebelah Timur bukan di Barat.

Ada pendapat mengatakan sekarang Dajjal tinggal di kerajaan iblis dan jin di Segitiga Bermuda dan selalu keluar dengan menaiki kenderaan piring terbang yang dikenali umum sebagai UFO dan sentiasa berurusan dengan pemimpin-pemimpin besar dunia. Akhir-akhir ini, pernah juga kelihatan piring-piring terbang UFO ini muncul di bandar Vatican (pusat Katolik dunia), Rome, Italy.

Berapa lama ia akan hidup setelah kemunculannya

Dajjal akan hidup setelah ia memulakan cabarannya kepada umat ini, selama empat puluh hari sahaja. Namun begitu, hari pertamanya adalah sama dgn setahun dan hari kedua sama dengan sebulan dan ketiga sama dengan satu minggu dan hari-hari baki lagi sama seperti hari-hari biasa. Jadi keseluruhan masa Dajjal membuat fitnah dan kerosakan itu ialah 14 bulan dan 14 hari. Dalam Hadis riwayat Muslim ada disebutkan:

Kami bertanya: “Wahai Rasulullah! Berapa lamakah ia akan tinggal di muka bumi ini? Nabi saw, menjawab: Ia akan tinggal selama empat puluh hari. Hari yg pertama seperti setahun dan hari berikutnya seperti sebulan dan hari ketiga seperti seminggu. Kemudian hari yg masih tinggal lagi (iaitu 37 hari) adalah sama seperti hari kamu yg biasa.

Lalu kami bertanya lagi: Wahai Rasulullah saw! Di hari yg panjang seperti setahun itu, apakah cukup bagi kami hanya sembahyang sehari sahaja (iaitu 5 waktu sahaja). Nabi saw menjawab: Tidak cukup. Kamu mesti mengira hari itu dgn menentukan kadar yg bersesuaian bagi setiap sembahyang..”

Maksud sabda Rasulullah S.a. w, ini ialah supaya kita mengira jam yg berlalu pada hari itu. Bukan mengikut perjalanan matahari seperti biasanya kita lakukan. Misalnya sudah berlalu tujuh jam selepas sembahyang Subuh pada hari itu maka masuklah waktu sembahyang Zohor, maka hendaklah kita sembahyang Zohor, dan apabila ia telah berlalu selepas sembahyang Zohor itu tiga jam setengah misalnya, maka masuklah waktu Asar, maka wajib kita sembahyang Asar. Begitulah seterusnya waktu Sembahyang Maghrib, Isyak dan Subuh seterusnya hingga habis hari yg panjang itu sama panjangnya dgn masa satu tahun dan bilangan sembahyang pun pada sehari itu sebanyak bilangan sembahyang setahun yg kita lakukan. Begitu juga pada hari Kedua dan ketiga.

Fitnah Dajjal

Dajjal telah diberi peluang oleh Allah swt utk menguji umat ini. Oleh kerana itu, Allah memberikan kepadanya beberapa kemampuan yg luar biasa. Di antara kemampuan Dajjal ialah:

1. Segala kesenangan hidup akan ada bersama dengannya. Benda-benda beku akan mematuhinya – Sebelum kedatangan Dajjal, dunia Islam akan diuji dahulu oleh Allah dgn kemarau panjang selama 3 tahun berturut-turut. Pada tahun pertama hujan akan kurang sepertiga dari biasa dan pada tahun kedua akan kurang 2/3 dari biasa dan tahun ketiga hujan tidak akan turun langsung. Umat akan dilanda kebuluran dan kekeringan. Di saat itu Dajjal akan muncul membawa ujian. Maka daerah mana yg percaya Dajjal itu Tuhan, ia akan berkata pada awan: Hujanlah kamu di daerah ini! Lalu hujan pun turunlah dan bumi menjadi subur. Begitu juga ekonomi, perdagangan akan menjadi makmur dan stabil pada org yg bersekutu dgn Dajjal. Manakala penduduk yg tidak mahu bersukutu dgn Dajjal, mereka akan tetap berada dlm kebuluran dan kesusahan.

Dan ada diriwayatkan penyokong Dajjal akan memiliki segunung roti (makanan) sedangkan org yg tidak percaya dengannya berada dalam kelaparan dan kebuluran. Dalam hal ini, para sahabat Rasullullah s.a.w. bertanya:”Jadi apa yg dimakan oleh org Islam yg beriman pada hari itu wahai Rasulullah?” Nabi menjawab: “Mereka akan merasa kenyang dengan bertahlil, bertakbir, bertasbih dan bertaubat. Jadi zikir-zikir itu yang akan menggantikan makanan.” HR Ibnu Majjah

2. Ada bersamanya seumpamanya Syurga dan Neraka – Di antara ujian Dajjal ialah kelihatan bersama dengannya seumpama syurga dan neraka dan juga sungai air dan sungai api. Dajjal akan menggunakan kedua-duanya ini untuk menguji iman org Islam kerana hakikat yg benar adalah sebalik dari apa yg kelihatan. Apa yg dikatakan Syurga itu sebenarnya Neraka dan apa yg dikatakannya Neraka itu adalah Syurga.

Secara analoginya kita lihat sekarang, syurga dunia seperti maksiat dan hiburan tanpa batasan adalah ibarat syurga. Dan mereka yang terpengaruh dengannya akan berseronok dan puas dengan hiburan-hiburan tersebut seperti hidup di dalam syurga. Juga keluarnya bermacam alat – alat canggih seperti komputer, handphone, mp3 player, video player dan camam2 lagi. Menunjukkan semua ini ibarat syurga dunia, yang sebenarnya adalah jalan ke neraka jika kita terlampau leka dan terpesona dengannya.

Dan kehidupan yang tidak bermewah, tidak berhibur dan berseronok adalah ibarat berada dalam neraka dunia sekarang. Sehinggakan mereka yang sudah biasa berseronok akan merasa boring dan tidak puas hati jika tidak dapat berhibur, berseronok dan menikmati kemewahan duniawi. Sedangkan kehidupan yang seperti neraka dunia itu lah yang boleh membuka jalan ke syurga iaitu kehidupan yang serba sederhana, qana’ah dan zuhud dengan dunia.

3. Kepantasan perjalanan dan Negeri-Negeri yang tidak dapat dimasukinya – Kepantasan yg dimaksudkan ini tidak ada pada kenderaan orang dahulu. Kalau hari ini maka bolehlah kita mengatakan kepantasan itu seperti kepantasan jet-jet tempur yg digunakan oleh tentera udara atau lebih pantas lagi daripada kenderaan tersebut sehinggakan beribu-ribu kilometer dapat ditempuh dalam satu jam”… Kami bertanya: Wahai Rasulullah! Bagaimana kepantasan perjalanannya di atas muka bumi ini? Nabi menjawab: “Kepantasan perjalanannya adalah seperti kepantasan “Al Ghaist” (hujan atau awan) yang dipukul oleh angin yang kencang.” HR Muslim

Dan ada lagi kenderaan yang lebih pantas dari jet, yang dapat bergerak sepantas cahaya iaitu piring terbang. Mengikut gambar-gambar yang dapat dirakam oleh NASA dan bukti-bukti dari banyak pihak, memang mereka dapat bergerak selaju cahaya dan menghilang dengan sekelip mata.

Namun demikian, Dajjal tetap tidak dapat memasuki dua Bandar suci umat Islam iaitu Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah.

4. Bantuan Syaitan-Syaitan untuk memperkukuhkan kedudukannya – Syaitan juga akan bertungkus-lumus membantu Dajjal. Bagi syaitan, inilah masa yg terbaik utk menyesatkan lebih ramai lagi anak cucu Adam a.s.

Syaitan-syaitan dari jin dan juga manusia akan berusaha membantunya, kerana mereka ingin mewujudkan satu pemerintahan di muka bumi ini. Iaitu pemerintahan sebuah kerajaan yang akan diperintah oleh Lucifer (IBLIS). Dan gerakan yang mewakili syaitan-syaitan dari kalangan manusia ini dikenali sebagai gerakan Illuminati yang pecahan-pecahannya terdiri dari banyak kumpulan seperti Skull and Bones, Freemasons, Bohemian Grove, The Bilderberg Group, The Trilateral Commission, The Council on Foreign Relations dan beberapa lagi pertubuhan-pertubuhan rahsia.

Dajjal Akan Muncul dari Khurasan, Iran

(tempat asal Dajjal)

Di akhir zaman Dajjal akan muncul dari Khurasan di Iran. Ketika baru keluar/terlepas dari belenggunya tinggi Dajjal hanyalah sepuluh dzira’. Pada mulanya tingkah laku Dajjal layaknya tingkah laku orang-orang saleh, iaitu menyeru kepada kebajikan, hingga kerana itu banyak orang yang terkagum-kagum kepada akhlaknya.

Tapi lama kelamaan Dajjal pun mengaku sebagai Nabi. Maka mendengar pengakuan itu orang-orang yang beriman kepada Allah pun berpaling darinya, sebab kaum yg beriman mengetahui benar bahawa sesudah Nabi Muhammad saw tak akan pernah lagi Allah mengutus seorang nabi baru.

Akhirnya, ketika perjalanan Dajjal sampai ke Khillah, iaitu sebuah jalan yg terletak antara Iraq dan Syam, dia pun menggembar-gemburkan kiri kanan menyatakan bahawa dirinya adalah tuhan yang dapat menghidupkan dan mematikan, ditambah lagi dengan menunjukkan kemampuannya mengadakan kejadian-kejadian yang menyalahi keadaan normal. Sejak itu orang-orang mu’min semakin menjauh darinya dan menolak mengakui Dajjal sebagai tuhan.

“wa man qaala fid dun-ya yaraahu bi ‘ainihi fa dzaalika zindiiqun thaghaa wa tamarrada”. Siapapun yg mengaku di dunia ini telah melihat Tuhan dgn matanya, maka dia telah menjadi zindiq, keluar batas, dan jatuh ke dalam kesesatan.

(Mundzir Nadzir: Fafirruu ila Allah: hal.29 s/d hal 30). Maktabah Muhammad bin Ahmad bin Nabhaan wa Aulaaduhu. Surabaya, Indonesia. 1956 M / 1375 H.

Tempat bermulanya fitnah Dajjal

Agaknya menarik perhatian sekali bahawa menurut Hadits Tamim Dari, Dajjal tinggal di sebuah pulau yang letaknya di sebelah Barat Syria, sedang tempat munculnya dikatakan oleh Hadits lain, berada di Timur. Lengkapnya, Hadits itu maksudnya:

“Tidak! Ia (Dajjal) akan muncul disebelah Timur; tidak, ia akan muncul di sebelah Timur; tidak, ia akan muncul di sabelah Timur” (Kanzul-’Ummal jilid VII, halaman 2988).

Dan ada satu hadith lain yang bermaksud;

“Nabi Muhammad SAW menunjuk hampir dua puluh kali ke arah Timur” (Kanzul-’Ummal, jilid VIl, halaman 2991 ).

Dalam sebuah Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim mengatakan: “Tidak ! Ia akan muncul di Timur” diikuti dengan kalimat: “Beliau menunjuk dengan tangannya ke arah Timur”. Jadi jika di suatu Hadits dikatakan bahawa tempat tinggal Dajjal ialah sebuah pulau di Barat, tetapi di lain Hadits diterangkan bahawa tempat munculnya Dajjal, atau lebih tepat lagi, tempat munculnya fitnah Dajjal ialah di Timur.

Ini menunjukkan bahawa merajalelanya Dajjal akan membahayakan bangsa-bangsa di Timur. Adapun kenyataan yang tak dapat dibantah lagi, bahawa fitnahnya Dajjal tak akan menimpa bangsanya sendiri, bahkan mereka akan memperolehi keuntungan dari hasil porak-peranda di Timur. Jadi yang dimaksud munculnya Dajjal di Timur ialah merajalelanya fitnah Dajjal di negara-negara Timur dengan jalan memperbudakkan penduduknya, baik secara jasmani mahupun rohani, lahiriyah mahupun batiniyah.

Menurut apa yang diterangkan dalam Hadits, terang sekali bahawa pada zaman Nabi, Dajjal itu sudah ada, akan tetapi pada waktu itu tangan dan kakinya dirantai. Inilah gambaran yang sebenarnya bagi bangsa-bangsa Eropa pada waktu itu. Mereka mengurung diri dalam tanah air mereka sendiri, lalu pada suatu ketika, mereka mengalir ke seluruh dunia untuk menakluki dan menjajah negara-negara lain, sehingga mereka benar-benar menguasai, atau setidak-tidaknya memaksakan pengaruhnya terhadap negara-negara itu, sehingga gerak-geri negara-negara itu dipimpin dan diawasi oleh bangsa-bangsa Eropa.

Itulah sebabnya mengapa di dalam Hadits diterangkan bahawa Dajjal mengaku Tuhan, kerana segala sesuatu di dunia dikerjakan menurut perintah Dajjal, seakan-akan dialah yang menguasai dan menentukan nasib bangsa-bangsa lain. Inilah apa pula yang dimaksud oleh Hadits lain yang menerangkan bahawa Dajjal ialah yang menentukan hidup-matinya orang-orang. Dengan perkataan lain, Dajjal akan meninggikan dan merendahkan darjat bangsa-bangsa lain menurut apa yang dianggap sesuai dengan tujuannya.

Dalam Sahih Muslim ada sebuah Hadits yang bermaksud: “Sejak terciptanya manusia hingga datangnya Hari Kiamat, tak ada fitnah lebih besar daripada fitnahnya Dajjal” (Misykat, hal. 472).

Kata-kata seperti itu, terdapat pula dalam kitab Hadits yang lain. Misalnya, dalam sebuah Hadits, Nabi SAW diriwayatkan bersabda sbb : “Wahai manusia ! Semenjak Allah menciptakan bani Adam, tak ada fitnah di muka bumi yang lebih besar dari pada fitnahnya Dajjal” (Kanzul-’Ummal, jilid VII, halaman 2028).

Hadits-hadits tersebut membuktikan bahawa fitnahnya Dajjal itu tiada lain ialah merejalelanya Imperialis Eropah (Amerika Syarikat dan sekutu-sekutunya) sekarang ini dan menangnya agama Nasrani. Kenyataan menunjukkan bahawa sejarah ummat manusia tak dapat mempertunjukkan fitnah lain yang besarnya seperti itu.

Memang dalam sejarah pernah terjadi suatu bangsa menundukkan bangsa lain dan menguasai aspek kehidupan mereka, tetapi contoh tentang penjajahan yang menyeluruh seperti yang kita saksikan sekarang ini berupa merajalelanya imperialis dan kebudayaan Eropah di seluruh dunia, belum pernah terjadi. Daratan dan lautan semuanya dikuasai oleh imperialis Eropah.

Demikian pula kita tak dapat menemukan persamaannya tentang cara-cara kaum imperialis Barat memperhambakan bangsa-bangsa lain di dunia. Yang lebih istimewa lagi ialah bahawa mereka memiliki segala macam senjata yang dengan senjata itu, orang ramai dapat tersesat dari jalan benar dan jalan kesucian. Di sebelah sini, mereka menyesatkan orang ramai melalui sistem pendidikan, dan di sebelah sana, mereka mencapai tujuan mereka melalui penyiaran agama; kadang-kadang untuk mencapai tujuan mereka, mereka melumpuhkan jiwa manusia dengan memberikan kepada mereka kemewahan dan kesenangan jasmani; dan kadang-kadang diberikan kepada mereka hiburan-hiburan yang dapat melupakan rohani mereka sama sekali.

Sering pula ilmu pengetahuan mereka digunakan untuk menghancurkan rohani ummat manusia. Pendek kata, di seluruh sejarah manusia, fitnahnya Dajjal tak ada taranya, dan sabda Nabi SAW bahawa tak ada fitnah yang lebih besar daripada fitnahnya Dajjal, ini terpenuhi berupa merajalelanya kaum imperialis Eropah, yang bukan saja membahayakan aspek kehidupan jasmani, melainkan pula membahayakan aspek kehidupan moral dan rohani.

Berikut adalah khutbah Rasulullah S.a.w berkenaan Dajjal

Dari Abi Umamah Al-Bahiliy, beliau berkata: “Rasululah s.a.w telah berkhutbah di hadapan kami. Dalam khutbahnya itu Baginda banyak menyentuh masalah Dajjal. Baginda telah bersabda: “Sesungguhnya tidak ada fitnah (kerosakan) di muka bumi yang paling hebat selain daripada fitnah yang dibawa oleh Dajjal. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah SWT ada mengingatkan kaumnya tentang Dajjal. Aku adalah nabi yang terakhir sedangkan kamu adalah umat yang terakhir. Dajjal itu tidak mustahil datang pada generasi (angkatan) kamu. Seandainya dia datang sedangkan aku masih ada di tengah-tengah kamu, maka aku adalah sebagai pembela bagi setiap mukmin. Kalau dia datang sesudah kematianku, maka setiap orang menjaga dirinya. Dan sebenarnya Allah SWT akan menjaga orang-orang mukmin.

“Dajjal itu akan datang nanti dari satu tempat antara Syam dan Iraq. Dan mempengaruhi manusia dengan begitu cepat sekali. Wahai hamba Allah, wahai manusia, tetaplah kamu. Di sini akan saya terangkan kepada kamu ciri-ciri Dajjal, yang belum diterangkan oleh nabi-nabi sebelumku kepada umatnya.

“Pada mulanya nanti Dajjal itu mengaku dirinya sebagai nabi. Ingatlah, tidak ada lagi nabi sesudah aku. Setelah itu nanti dia mengaku sebagai Tuhan. Ingatlah bahawa Tuhan yang benar tidak mungkin kamu lihat sebelum kamu mati. Dajjal itu cacat matanya sedangkan Allah SWT tidak cacat, bahkan tidak sama dengan baharu. Dan juga di antara dua mata Dajjal itu tertulis KAFIR, yang dapat dibaca oleh setiap mukmin yang pandai membaca atau buta huruf.

Di antara fitnah Dajjal itu juga dia membawa syurga dan neraka. Nerakanya itu sebenarnya syurganya sedangkan syurganya itu neraka, yakni panas. Sesiapa di antara kamu yang disiksanya dengan nerakanya, hendaklah dia meminta pertolongan kepada Allah dan hendaklah dia membaca pangkal surah Al-Kahfi, maka nerakanya itu akan sejuk sebagaimana api yang membakar Nabi Ibrahim itu menjadi sejuk.

“Di antara tipu dayanya itu juga dia berkata kepada orang Arab: “Seandainya aku sanggup menghidupkan ayah atau ibumu yang sudah lama meninggal dunia itu, apakah engkau mengaku aku sebagai Tuhanmu?” Orang Arab itu akan berkata: “Tentu.” Maka syaitan pun datang menyamar seperti ayah atau ibunya. Rupanya sama, sifat-sifatnya sama dan suaranya pun sama. Ibu bapanya berkata kepadanya: “Wahai anakku, ikutilah dia, sesungguhnya dialah Tuhanmu.” di antara tipu dayanya juga dia tipu seseorang, yakni dia bunuh dan dia belah dua. Setelah itu dia katakan kepada orang ramai: “Lihatlah apa yang akan kulakukan terhadap hambaku ini, sekarang akan kuhidupkan dia semula. Dengan izin Allah orang mati tadi hidup semula. Kemudian Laknatullah Alaih itu bertanya: “Siapa Tuhanmu?” Orang yang dia bunuh itu, yang kebetulan orang beriman, menjawab: “Tuhanku adalah Allah, sedangkan engkau adalah musuh Allah.” Orang itu bererti lulus dalam ujian Allah dan dia termasuk orang yang paling tinggi darjatnya di syurga.”

Kata Rasulullah s.a.w lagi: “Di antara tipu dayanya juga dia suruh langit supaya menurunkan hujan tiba-tiba hujan pun turun. Dia suruh bumi supaya mengeluarkan tumbuh-tumbuhannya tiba-tiba tumbuh. Dan termasuk ujian yang paling berat bagi manusia, Dajjal itu datang ke perkampungan orang-orang baik dan mereka tidak mengakunya sebagai Tuhan, maka disebabkan yang demikian itu tanam-tanaman dan ternakan mereka tidak menjadi.

“Dajjal itu datang ke tempat orang-orang yang percaya kepadanya dan penduduk kampung itu mengakunya sebagai Tuhan. Disebabkan yang demikian hujan turun di tempat mereka dan tanam-tanaman mereka pun menjadi.

“Tidak ada kampung atau daerah di dunia ini yang tidak didatangi Dajjal kecuali Makkah dan Madinah. Kedua-dua kota itu tidak dapat ditembusi oleh Dajjal kerana dikawal oleh Malaikat. Dia hanya berani menginjak pinggiran Makkah dan Madinah. Namun demikian ketika Dajjal datang ke pergunungan di luar kota Madinah, kota Madinah bergoncang seperti gempa bumi. Ketika itu orang-orang munafik kepanasan seperti cacing dan tidak tahan lagi tinggal di Madinah. Mereka keluar dan pergi bergabung dengan orang-orang yang sudah menjadi pengikut Dajjal. Inilah yang dikatakan hari pembersihan kota Madinah.

Rujukan:

1- Dajjal akan muncul dari kerajaan jin di Segitiga Bermuda – Muhammad Isa Dawud

2- Dajjal, ya’juj wa ma’juj – Maulana Muhammad Ali

Monday, 7 March 2011

Umat Nabi Muhammad S.A.W di pecahkan kepada sepuluh kumpulan

Allah Taala menyeru: “Wahai Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan
lintaskan mereka di atas Sirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500
tahun perjalanan.”
Malaikat Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: “Wahai
Muhammad! Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan
dari Allah Taala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka,
dia akan terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang
yang diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar
berjalan!”

Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: “Wahai Malik! Dengan
kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku
sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar
apabila melihatmu.”

Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi Muhammad SAW. Umat
Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh kumpulan. Nabi
Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada umatnya: “Ikutlah
aku wahai umatku di atas Sirat ini!”

Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar. Kumpulan
kedua melintasi seperti angin yang kencang. Kumpulan ketiga melintasi
seperti kuda yang baik. Kumpulan yang keempat seperti burung yang
pantas. Kumpulan yang kelima berlari. Kumpulan keenam berjalan. Kumpulan
ketujuh berdiri dan duduk kerana mereka dahaga dan penat. Dosa-dosa
terpikul di atas belakang mereka.

Nabi Muhammad SAW berhenti di atas Sirat. Setiap kali, baginda SAW
melihat seorang dari umatnya bergayut di atas Sirat, baginda SAW akan
menarik tangannya dan membangunkan dia kembali. Kumpulan kelapan menarik
muka-muka mereka dengan rantai kerana terlalu banyak kesalahan dan dosa
mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru: “Wahai Muhammad SAW!”

Nabi Muhammad SAW berkata: “Tuhan! Selamatkan mereka! Tuhan! Selamatkan
mereka!

Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh tertinggal di atas Sirat. Mereka
tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahawa, di pintu syurga,
ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak terkira
melainkan Allah Taala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada kanak-kanak
yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua bulan, kurang dan
lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat ibu dan bapa mereka,
mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki syurga. Mereka
memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera. Mereka memberi
ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka memasuki syurga
bersama-sama.

Hanya tinggal, kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka. Suara
tangisan mereka semakin nyaring.
Mereka berkata: “Aku mengharamkan syurga bagi diriku sehingga aku
melihat bapa dan ibuku.”

Kanak-kanak yang belum melihat ibu dan bapa mereka telah berkumpul.
Mereka berkata: “Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia.”

Malaikat berkata kepada mereka: “Bapa-bapa dan ibu-ibu kamu terlalu
berat dosa mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka.”

Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata:
“Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Taala mengampuninya dan
menyatukan kami dengan mereka.”

Demikianlah! Orang yang melakukan dosa besar akan dikurung di tempat
pembalasan yang pertama oleh mereka iaitu Sirat. Ia dipanggil “Tempat
Teropong.” Kaki-kaki mereka akan tergantung di Sirat.

Nabi Muhammad SAW melintasi Sirat bersama orang-orang yang soleh di
kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya,
ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas
kepalanya.

Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, kanak-kanak akan
meninggikan tangisan mereka. Rasulullah SAW bersabda:
“Apa yang berlaku pada kanak-kanak ini?” Malaikat menjawab: “Mereka
menangis kerana berpisah dengan bapa dan ibu mereka. “Nabi SAW bersabda:
“Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku akan memberi syafaat kepada
mereka, Insya Allah.”

Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di
belakang. Setiap kaum akan kekal didalam rumah-rumah mereka. Kita
memohon kepada Allah Taala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini
dan menjadikan kita sebahagian daripada mereka.

kisah nabi Muhammad s.a.w menangis di Padang Mahsyar

Dari Usman bin Affan bin Dahaak bin Muzahim daripada Abbas ra, bapa
saudara Rasulullah SAW dari Rasulullah SAW telah bersabda, yang bermaksud:

"Aku adalah orang (manusia) yang paling awal dibangkitkan dari kubur
(bumi) pada hari kiamat yang tiada kebanggaan. Bagiku ada syafaat pada
hari kiamat yang tiada kemegahan. Bendera pujian di tanganku dan
nabi-nabi keseluruhannya berada di bawah benderaku. Umatku adalah umat
yang terbaik. Mereka adalah umat yang pertama dihisab sebelum umat yang
lain. Ketika mereka bangkit dari kubur, mereka akan mengibas (membuang)
tanah yang ada di atas kepala mereka. Mereka semua akan berkata:

"Kami bersaksi bahawa tiada Tuhan melainkan Allah dan kami bersaksi
bahawa Muhammad itu Rasulullah. Inilah yang telah dijanjikan oleh Allah
Taala serta dibenarkan oleh para rasul." Ibnu Abbas ra berkata: "Orang
yang pertama dibangkitkan dari kubur di hari kiamat ialah Muhammad SAW.
Jibril as akan datang kepadanya bersama seekor Buraq. Israfil pula
datang dengan membawa bersama bendera dan mahkota. Izrail pula datang
dengan membawa bersamanya pakaian-pakaian syurga."

Jibril as akan menyeru: "Wahai dunia! Di mana kubur Muhammad SAW?" Bumi
akan berkata: "Sesungguhnya, Tuhanku telah menjadikan aku hancur. Telah
hilang segala lingkaran, tanda dan gunung-ganangku. Aku tidak tahu
dimana kubur Muhammad SAW."

Rasulullah SAW bersabda:

"Lalu diangkatkan tiang-tiang dari cahaya dari kubur Nabi Muhammad SAW
ke awan langit. Maka, empat malaikat berada di atas kubur."

Israfil bersuara: "Wahai roh yang baik! Kembalilah ke tubuh yang baik!"
Maka, kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mula
terbongkar. Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdiri,
baginda SAW telah membuang tanah di atas kepala dan janggut baginda SAW.
Baginda SAW melihat kanan dan kiri. Baginda SAW dapati, tiada lagi bangunan.

Baginda SAW menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi. Jibril as
berkata kepadanya: "Bangun wahai Muhammad! Sesungguhnya kamu di sisi
Allah Taala di tempat yang luas." Baginda SAW bertanya, "Kekasihku
Jibril! Hari apakah ini?"

Jibril as menjawab: "Wahai Muhammad! Janganlah kamu takut! Inilah hari
kiamat. Inilah hari kerugian dan penyesalan. Inilah hari pembentangan
Allah Taala." Baginda SAW bersabda: "Kekasihku Jibril! Gembirakanlah aku!"

Jibril as berkata: "Apakah yang kamu lihat di hadapanmu?" Baginda SAW
bersabda: "Bukan seperti itu pertanyaanku." Jibril as berkata: "Adakah
kamu tidak melihat bendera kepujian yang terpacak di atasmu?" Baginda
SAW bersabda: "Bukan itu maksud pertanyaanku. Aku bertanya kepadamu akan
umatku. Di mana perjanjian mereka?" Jibril as berkata: "Demi keagungan
Tuhanku! Tidak akan terbongkar oleh bumi daripada manusia, sebelummu?"
Baginda SAW bersabda: "Nescaya akan, kuatlah pertolongan pada hari ini.
Aku akan mensyafaatkan umatku." Jibril as berkata kepada baginda SAW:
"Tungganglah Buraq ini wahai Muhammad SAW dan pergilah ke hadapan
Tuhanmu!" Jibril as datang bersama Buraq ke arah Nabi Muhammad SAW.
Buraq cuba meronta-ronta.

Jibril as berkata kepadanya: "Wahai Buraq! Adakah kamu tidak malu dengan
makhluk yang paling baik dicipta oleh Allah Taala? Sudahkah Allah Taala
perintahkan kepadamu agar mentaatinya?" Buraq berkata: "Aku tahu semua
itu. Akan tetapi, aku ingin dia mensyafaatiku agar memasuki syurga
sebelum dia menunggangku.

Sesungguhnya, Allah Taala akan datang pada hari ini di dalam keadaan
marah. Keadaan yang belum pernah terjadi sebelum ini." Baginda SAW
bersabda kepada Buraq: "Ya! Sekiranya kamu berhajatkan syafaatku,
nescaya aku memberi syafaat kepadamu." Setelah berpuas hati, Buraq
membenarkan baginda SAW menunggangnya lalu dia melangkah. Setiap
langkahan Buraq sejauh pandangan mata.

Apabila Nabi Muhammad SAW berada di Baitul Maqdis di atas bumi dari
perak yang putih, malaikat Israfil as menyeru: "Wahai tubuh-tubuh yang
telah hancur, tulang-tulang yang telah reput, rambut-rambut yang
bertaburan dan urat-urat yang terputus-putus! Bangkitlah kamu dari perut
burung, dari perut binatang buas, dari dasar laut dan dari perut bumi ke
perhimpunan Tuhan yang Maha Perkasa. Roh-roh telah diletakkan di dalam
tanduk atau sangkakala. Di dalamnya ada beberapa tingkat dengan bilangan
roh makhluk.

Setiap roh, akan didudukkan berada di dalam tingkat. Langit di atas bumi
akan menurunkan hujan dari lautan kehidupan akan air yang sangat pekat
seperti air mani lelaki. Daripadanya, terbinalah tulang-tulang.
Urat-urat memanjang. Daging kulit dan bulu akan tumbuh. Sebahagian
mereka akan kekal ke atas sebahagian tubuh tanpa roh.

Allah Taala berfirman: "Wahai Israfil! Tiup tanduk atau sangkakala
tersebut dan hidupkan mereka dengan izinKu akan penghuni kubur.
Sebahagian mereka adalah golongan yang gembira dan suka. Sebahagian dari
mereka adalah golongan yang celaka dan derita." Malaikat Israfil as
menjerit: "Wahai roh-roh yang telah hancur! Kembalilah kamu kepada
tubuh-tubuh mu. Bangkitlah kamu untuk dikumpulkan di hadapan Tuhan
semesta alam." Allah Taala berfirman: "Demi keagungan dan ketinggianKu!
Aku kembalikan setiap roh pada tubuh-tubuhnya!"

Apabila roh-roh mendengar sumpah Allah Taala, roh-roh pun keluar untuk
mencari jasad mereka. Maka, kembalilah roh pada jasadnya. Bumi pula
terbongkar dan mengeluarkan jasad-jasad mereka. Apabila semuanya sedia,
masing-masing melihat. Nabi SAW duduk di padang pasir Baitul Maqdis,
melihat makhluk-makhluk. Mereka berdiri seperti belalang yang
berterbangan. 70 umat berdiri. Umat Nabi Muhammad SAW merupakan satu
umat (kumpulan). Nabi SAW berhenti memperhatikan ke arah mereka.

Mereka seperti gelombang lautan. Jibril as menyeru: "Wahai sekalian
makhluk, datanglah kamu semua ke tempat perhimpunan yang telah
disediakan oleh Allah Taala." Umat-umat datang di dalam keadaan
satu-satu kumpulan. Setiap kali Nabi Muhammad SAW berjumpa satu umat,
baginda SAW akan bertanya: "Di mana umatku?"

Jibril as berkata: "Wahai Muhammad! Umatmu adalah umat yang terakhir."
Apabila nabi Isa as datang, Jibril as menyeru: Tempatmu!" Maka nabi Isa
as dan Jibril as menangis. Nabi Muhammad SAW berkata: "Mengapa kamu
berdua menangis." Jibril as berkata: "Bagaimana keadaan umatmu, Muhammad?"

Nabi Muhammad bertanya: "Di mana umatku?" Jibril as berkata: "Mereka
semua telah datang. Mereka berjalan lambat dan perlahan." Apabila
mendengar cerita demikian, Nabi Muhammad SAW menangis lalu bertanya:
"Wahai Jibril! Bagaimana keadaan umatku yang berbuat dosa?" Jibril as
berkata: "Lihatlah mereka wahai Muhammad SAW!" Apabila Nabi Muhammad SAW
melihat mereka, mereka gembira dan mengucapkan selawat kepada baginda
SAW dengan apa yang telah Allah Taala muliakannya. Mereka gembira kerana
dapat bertemu dengan baginda SAW. Baginda SAW juga gembira terhadap mereka.

Nabi Muhammad SAW bertemu umatnya yang berdosa. Mereka menangis serta
memikul beban di atas belakang mereka sambil menyeru: "Wahai Muhammad!"
Air mata mereka mengalir di pipi. Orang-orang zalim memikul kezaliman
mereka.

Nabi Muhammad SAW bersabda: "Wahai umatku." Mereka berkumpul di sisinya.
Umat-umatnya menangis. Ketika mereka di dalam keadaan demikian,
terdengar dari arah Allah Taala seruan yang menyeru: "Di mana Jibril?"

Jibril as berkata: "Jibril di hadapan Allah, Tuhan semesta alam." Allah
Taala berfirman di dalam keadaan Dia amat mengetahui sesuatu yang
tersembunyi: "Di mana umat Muhammad SAW?" Jibril as berkata: "Mereka
adalah sebaik umat."

Allah Taala berfirman: "Wahai Jibril! Katakanlah kepada kekasihKu
Muhammad SAW bahawa umatnya akan datang untuk ditayangkan di hadapanKu."
Jibril as kembali di dalam keadaan menangis lalu berkata: "Wahai
Muhammad! Umatmu telah datang untuk ditayangkan kepada Allah Taala."
Nabi Muhammad SAW berpaling ke arah umatnya lalu berkata: "Sesungguhnya
kamu telah dipanggil untuk dihadapkan kepada Allah Taala." Orang-orang
yang berdosa menangis kerana terkejut dan takut akan azab Allah Taala.
Nabi Muhammad SAW memimpin mereka sebagaimana pengembala memimpin
ternakannya menuju di hadapan Allah Taala.

Allah Taala berfirman: "Wahai hambaKu! Dengarkanlah kamu baik-baik
kepadaKu tuduhan apa-apa yang telah diperdengarkan bagi kamu dan kamu
semua melakukan dosa!" Hamba-hamba Allah Taala terdiam. Allah Taala
berfirman: "Hari ini, Kami akan membalas setiap jiwa dengan apa yang
telah mereka usahakan. Hari ini, Aku akan memuliakan sesiapa yang
mentaatiKu. Dan, Aku akan mengazab sesiapa yang menderhaka terhadapKu.
Wahai Jibril! Pergi ke arah Malik, penjaga neraka! Katakanlah kepadanya,
bawakan Jahanam!"

Jibril pergi berjumpa Malik, penjaga neraka lalu berkata: "Wahai Malik!
Allah Taala telah memerintahkanmu agar membawa Jahanam." Malik bertanya:
"Apakah hari ini?"

Jibril menjawab: "Hari ini adalah hari kiamat. Hari yang telah
ditetapkan untuk membalas setiap jiwa dengan apa yang telah mereka
usahakan." Malik berkata: "Wahai Jibril! Adakah Allah Taala telah
mengumpulkan makhluk?" Jibril menjawab: "Ya!" Malik bertanya: "Di mana
Muhammad dan umatnya?" Jibril berkata: "Di hadapan Allah Taala!" Malik
bertanya lagi: "Bagaimana mereka mampu menahan kesabaran terhadap
kepanasan nyalaan Jahanam apabila mereka melintasinya sedangkan mereka
semua adalah umat yang lemah?" Jibril berkata: "Aku tidak tahu!" Malik
menjerit ke arah neraka dengan sekali jeritan yang menggerunkan.

Neraka berdiri di atas tiang-tiangnya. Neraka mempunyai tiang-tiang yang
keras, kuat dan panjang. Api dinyalakan sehingga tiada kekal mata
seorang dari makhluk melainkan bercucuran air mata mereka (semuanya
menangis). Air mata sudah terhenti manakala air mata darah manusia
mengambil alih. Kanak-kanak mula beruban rambut. Ibu-ibu yang memikul
anaknya mencampakkan mereka.

Manusia kelihatan mabuk padahal mereka sebenarnya tidak mabuk.
Rasulullah SAW Membela Umatnya Di padang mahsyar orang yang mula-mula
berusaha ialah nabi Ibrahim as.

Baginda bergantung dengan asap Arsy yang naik lalu menyeru: "TuhanKu dan
Penguasaku! Aku adalah khalilMu Ibrahim. Kasihanilah kedudukanku pada
hari ini! Aku tidak meminta kejayaan Ishak dan anakku pada hari ini."

Allah Taala berfirman: "Wahai Ibrahim! Adakah kamu melihat Kekasih
mengazab kekasihnya." Nabi Musa as datang. Baginda bergantung dengan
asap Arsy yang naik lalu menyeru: "KalamMu. Aku tidak meminta kepadaMu
melainkan diriku. Aku tidak meminta saudaraku Harun. Selamatkanlah aku
dari kacau bilau Jahanam!" Isa as datang di dalam keadaan menangis.

Baginda bergantung dengan Arsy lalu menyeru: "Tuhanku. Penguasaku.
Penciptaku! Isa roh Allah. Aku tidak meminta melainkan diriku.
Selamatkanlah aku dari kacau bilau Jahanam!" Suara jeritan dan tangisan
semakin kuat.

Nabi Muhammad SAW menyeru: "Tuhanku. Penguasaku Penghuluku. !Aku tidak
meminta untuk diriku. Sesungguhnya aku meminta untuk umatku dariMu!"
Ketika itu juga, neraka Jahanam berseru: "Siapakah yang memberi syafaat
kepada umatnya?"

Neraka pula berseru: "Wahai Tuhanku. Penguasaku dan Penghuluku!
Selamatkanlah Muhammad dan umatnya dari seksaannya! Selamatkanlah mereka
dari kepanasanku, bara apiku, penyeksaanku dan azabku! Sesungguhnya
mereka adalah umat yang lemah. Mereka tidak akan sabar dengan
penyeksaan." Malaikat Zabaniah menolaknya sehingga terdampar di kiri
Arsy. Neraka sujud di hadapan Tuhannya.

Allah Taala berfirman: "Di mana matahari?" Maka, matahari dibawa
mengadap Allah Taala. Ia berhenti di hadapan Allah Taala. Allah Taala
berfirman kepadanya: "Kamu! Kamu telah memerintahkan hambaKu untuk sujud
kepada kamu?" Matahari menjawab. "Tuhanku! Maha Suci diriMu! Bagaimana
aku harus memerintahkan mereka berbuat demikian sedangkan aku adalah
hamba yang halus?"

Allah Taala berfirman: "Aku percaya!" Allah Taala telah menambahkan
cahaya dan kepanasannya sebanyak 70 kali ganda. Ia telah dihampirkan
dengan kepala makhluk." I

bnu Abbas r.h. berkata: "Peluh manusia bertiti dan sehingga mereka
berenang di dalamnya. Otak-otak kepala mereka menggeleggak seperti
periuk yang sedang panas. Perut mereka menjadi seperti jalan yang
sempit. Air mata mengalir seperti air mengalir. Suara ratap umat-umat
manusia semakin kuat. Nabi Muhammad SAW lebih-lebih lagi sedih. Air
matanya telah hilang dan kering dari pipinya. Sekali, baginda SAW sujud
di hadapan Arsy dan sekali lagi, baginda SAW rukuk untuk memberi syafaat
bagi umatnya. Para Nabi melihat keluh kesah dan tangisannya.

Mereka berkata: "Maha Suci Allah! Hamba yang paling dimuliakan Allah
Taala ini begitu mengambil berat, hal keadaan umatnya.

Daripada Thabit Al-Bani, daripada Usman Am Nahari berkata: "Pada suatu
hari Nabi SAW menemui Fatimah Az-Zahara' r.h. Baginda SAW dapati, dia
sedang menangis."

Baginda SAW bersabda: "Permata hatiku! Apa yang menyebabkan dirimu
menangis?" Fatimah menjawab: "Aku teringat akan firman Allah Taala."
"Dan, kami akan mehimpunkan, maka Kami tidak akan mengkhianati walau
seorang daripada mereka." L

alu Nabi SAW pun menangis. Baginda SAW bersabda: "Wahai permata hatiku!
Sesungguhnya, aku teringat akan hari yang terlalu dahsyat. Umatku telah
dikumpulkan pada hari kiamat dikelilingi dengan perasaan dahaga dan
telanjang. Mereka memikul dosa mereka di atas belakang mereka. Air mata
mereka mengalir di pipi." Fatimah r.h. berkata: "Wahai bapaku! Apakah
wanita tidak merasa malu terhadap lelaki?"

Baginda SAW menjawab: "Wahai Fatimah! Sesungguhnya, hari itu, setiap
orang akan sibuk dengan untung nasib dirinya. Adapun aku telah mendengar
Firman Allah Taala:" Bagi setiap orang dari mereka, di hari itu atau
satu utusan yang melalaikan dia." ( Abasa: 37) Fatimah ra. bertanya: "Di
mana aku hendak mendapatkanmu di hari kiamat nanti, wahai bapaku?"
Baginda SAW menjawab: "Kamu akan menjumpaiku di sebuah telaga ketika aku
sedang memberi minum umatku." Fatimah r.h. bertanya lagi: "Sekiranya aku
dapati kamu tiada di telaga?"

Baginda SAW bersabda: "Kamu akan menjumpaiku di atas Sirat sambil
dikelilingi para Nabi. Aku akan menyeru: "Tuhan Kesejahteraan! Tuhan
Kesejahteraan! Para malaikat akan menyambut: "Aamiin."

Ketika itu juga, terdengar seruan dari arah Allah Taala lalu berfirman:
"Nescaya akan mengikuti kata-katanya pada apa yang kamu sembah." Setiap
umat akan berkumpul dengan sesuatu yang mereka sembah. Ketika itu juga,
neraka Jahanam melebarkan tengkuknya lalu menangkap mereka sebagaimana
burung mematuk kacang.

Apabila seruan dari tengah Arsy kedengaran, maka manusia yang
menyembahNya datang beriring. Sebahagian daripada orang yang berdiri di
situ berkata: "Kami adalah umat Muhammad SAW!"

Allah Taala berfirman kepada mereka: "Mengapa kamu tidak mengikuti orang
yang kamu sembah?" Mereka berkata: "Kami tidak menyembah melainkan Tuhan
Kami. Dan, kami tidak menyembah selainNya."

Mereka ditanya lagi: "Kami mengenali Tuhan kamu?" Mereka menjawab: "Maha
Suci diriNya! Tiada yang kami kenali selainNya." Apabila ahli neraka
dimasukkan ke dalamnya untuk diazab, umat Muhammad SAW mendengar bunyi
pukulan dan jeritan penghuni neraka. Lalu malaikat Zabaniah mencela
mereka. Mereka berkata: "Marilah kita pergi meminta syafaat kepada
Muhammad SAW!"

Manusia berpecah kepada tiga kumpulan. 1. Kumpulan orang tua yang
menjerit-jerit. 2. Kumpulan pemuda. 3. Wanita yang bersendirian
mengelilingi mimbar-mimbar. Mimbar para Nabi didirikan di atas kawasan
lapang ketika kiamat.

Mereka semua berminat terhadap mimbar Nabi Muhammad SAW. Mimbar Nabi
Muhammad SAW terletak berhampiran dengan tempat berlaku kiamat. Ia juga
merupakan mimbar yang paling baik, besar dan cantik. Nabi adam as dan
isterinya Hawa berada di bawah mimbar Nabi SAW.

Hawa melihat ke arah mereka lalu berkata: "Wahai Adam! Ramai dari
zuriatmu dari umat Muhammad SAW serta cantik wajah mereka. Mereka
menyeru: "Di mana Muhammad?" Mereka berkata: "Kami adalah umat Muhammad
SAW. Semua umat telah mengiringi apa yang mereka sembah. Hanya tinggal
kami sahaja.

Matahari di atas kepala kami. Ia telah membakar kami. Neraka pula,
cahaya juga telah membakar kami. Timbangan semakin berat. Oleh itu
tolonglah kami agar memohon kepada Allah Taala untuk menghisab kami
dengan segera! Sama ada kami akan pergi ke syurga atau neraka." Nabi
Adam as berkata: "Pergilah kamu dariku! Sesungguhnya aku sibuk dengan
dosa-dosaku. Aku mendengar firman Allah Taala: Dan dosa Adam terhadap
Tuhannya kerana lalai. Mereka pergi berjumpa nabi Nuh as yang telah
berumur, umur yang panjang dan sangat sabar. Mereka menghampirinya.
Apabila nabi Nuh as melihat mereka, dia berdiri.

Pengikut (umat Nabi Muhammad SAW) berkata: "Wahai datuk kami, Nuh!
Tolonglah kami terhadap Tuhan kami agar Dia dapat memisahkan di antara
kami dan mengutuskan kami dari ahli syurga ke syurga dan ahli neraka ke
neraka." Nabi Nuh as berkata: "Sesungguhnya, aku sibuk dengan
kesalahanku. Aku pernah mendoakan agar kaumku dimusnahkan. Aku malu
dengan Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Ibrahim kekasih Allah Taala!
Mintalah kepadanya agar menolong kamu!"

Nabi Ibrahim as berkata: "Sesungguhnya aku pernah berbohong di dalam
usiaku sebanyak tiga pembohongan di dalam Islam. Aku takut dengan
Tuhanku. Pergilah kamu berjumpa Musa as! Mintalah pertolongan darinya!"

Nabi Musa as berkata: "Aku sibuk dengan kesalahanku. Aku pernah membunuh
seorang jiwa tanpa hak. Aku membunuhnya bukan dari kemahuanku sendiri.
Aku dapati dia melampaui batas terhadap seorang lelaki Islam. Aku ingin
memukulnya. Aku terperanjat kerana menyakitinya lalu menumbuk lelaki
tersebut. Ia jatuh lalu mati. Aku takut terhadap tuntutan dosaku.
Pergilah kamu berjumpa Isa as!"

Mereka pergi berjumpa nabi Isa a.s. Nabi Isa a.s. berkata: "Sesungguhnya
Allah Taala telah melaknat orang-orang Kristian.

Mereka telah mengambil aku, ibuku sebagai dua Tuhan selain Allah Taala.
Hari ini, aku malu untuk bertanya kepadaNya mengenai ibuku Mariam."
Mariam, Asiah, Khadijah dan Fatimah Az-Zahra' sedang duduk.

Ketika Mariam melihat umat Nabi Muhammad SAW dia berkata: "Ini umat Nabi
Muhammad SAW. Mereka telah sesat dari Nabi mereka." Suara Mariam, telah
didengari oleh Nabi Muhammad SAW Nabi Adam a.s. berkata kepada nabi
Muhammad SAW. "Ini umatmu, wahai Muhammad! Mereka berkeliling mencarimu
untuk meminta syafaat kepada Allah Taala."

Nabi Muhammad SAW menjerit dari atas mimbar lalu bersabda: "Marilah
kepadaku, wahai umatku! Wahai sesiapa yang beriman dan tidak melihatku.
Aku tidak pernah lari dari kamu melainkan aku sentiasa memohon kepada
Allah Taala untukmu!" Umat Nabi Muhammad SAW berkumpul di sisinya. T

erdengar suara seruan: "Wahai Adam! Ke marilah kepada Tuhanmu!" Nabi
Adam as berkata: "Wahai Muhammad! Tuhanku telah memanggilku. Moga-moga
Dia akan meminta kepadaku."

Nabi Adam as pergi menemui Allah Taala. Allah Taala berfirman kepadanya:
"Wahai Adam! Bangunlah dan hantarkan anak-anakmu ke neraka!" Nabi Adam
as bertanya: "Berapa ramai untukku kirimkan?" Allah Taala berfirman:
"Setiap seribu lelaki kamu hantarkan seorang ke syurga, 999 orang ke
neraka."

Allah Taala berfirman lagi: "Wahai Adam! Sekiranya Aku tidak melaknat
orang yang berdusta dan Aku haramkan pembohongan, nescaya Aku akan
mengasihi anakmu keseluruhannya. Akan, tetapi, Aku telah janjikan syurga
bagi orang yang mentaatiKu Neraka pula bagi orang yang menderhakaiKu Aku
tidak akan memungkiri janji Wahai Adam! Berhentilah di sisi Mizan
(timbangan).

Sesiapa yang mempunyai berat pada kebaikannya daripada dosanya walaupun
seberat biji sawi, bawalah dia untuk memasuki syurga tanpa perlu
berunding denganKu! Sesungguhnya Aku telah menjadikan bagi mereka, satu
kejahatan dengan satu dosa.

Manakala satu kebaikan dengan sepuluh pahala agar memberitahu mereka
bahawa, sesungguhnya Aku tidak akan memasukkan mereka ke dalam neraka
melainkan setiap yang kembali akan dikembalikan dengan dosa bagi orang
yang melampaui batas."

Nabi Adam as berkata: "Tuhanku! Penguasaku! Engkau lebih utama bagi
menghisab berbanding aku. Hamba itu adalah hambaMu dan Engkau Maha
Mengetahui sesuatu yang ghaib!"

Umat Muhammad SAW Diseru Meniti Sirat Allah Taala menyeru: "Wahai
Muhammad! Bawalah umatmu untuk dihisab dan lintaskan mereka di atas
Sirat yang dilebarkan. Panjangnya sejauh 500 tahun perjalanan." Malaikat
Malik berdiri di pintunya (neraka). Dia menyeru: "Wahai Muhammad!

Sesiapa yang datang dari umatmu dan bersamanya ada perlepasan dari Allah
Taala, maka dia akan terselamat. Sekiranya sebaliknya maka, dia akan
terjatuh di dalam neraka. Wahai Muhammad! Katakan kepada orang yang
diringankan agar berlari! Katakan kepada orang yang diberatkan agar
berjalan!"

Nabi Muhammad SAW bersabda kepada malaikat Malik: "Wahai Malik! Dengan
kebenaran Allah Taala ke atasmu, palingkanlah wajahmu dari umatku
sehingga mereka dapat melepasi! Jika tidak, hati mereka akan gementar
apabila melihatmu." Malaikat Malik memalingkan mukanya dari umat Nabi
Muhammad SAW. Umat Nabi Muhammad SAW telah di pecahkan kepada sepuluh
kumpulan. Nabi Muhammad SAW mendahului mereka lalu bersabda kepada
umatnya: "Ikutlah aku wahai umatku di atas Sirat ini!"

Kumpulan pertama berjaya melintasi seperti kilat yang memancar.

Kumpulan kedua melintasi seperti angin yang kencang.

Kumpulan ketiga melintasi seperti kuda yang baik.

Kumpulan yang keempat seperti burung yang pantas.

Kumpulan yang kelima berlari.

Kumpulan keenam berjalan.

Kumpulan ketujuh berdiri dan duduk kerana mereka dahaga dan penat.
Dosa-dosa terpikul di atas belakang mereka. Nabi Muhammad SAW berhenti
di atas Sirat. Setiap kali, baginda SAW melihat seorang dari umatnya
bergayut di atas Sirat, baginda SAW akan menarik tangannya dan
membangunkan dia kembali.

Kumpulan kelapan menarik muka-muka mereka dengan rantai kerana terlalu
banyak kesalahan dan dosa mereka. Bagi yang buruk, mereka akan menyeru:
"Wahai Muhammad SAW!" Nabi Muhammad SAW berkata: "Tuhan! Selamatkan
mereka! Tuhan! Selamatkan mereka"! Kumpulan ke sembilan dan ke sepuluh
tertinggal di atas Sirat.

Mereka tidak diizinkan untuk menyeberang. Dikatakan bahawa, di pintu
syurga, ada pokok yang mempunyai banyak dahan. Bilangan dahannya tidak
terkira melainkan Allah Taala sahaja yang mengetahui. Di atasnya ada
kanak-kanak yang telah mati semasa di dunia ketika umur mereka dua
bulan, kurang dan lebih sebelum mereka baligh. Apabila mereka melihat
ibu dan bapa mereka, mereka menyambutnya dan mengiringi mereka memasuki
syurga. Mereka memberikan gelas-gelas dan cerek serta tuala dari sutera.

Mereka memberi ibu dan bapa mereka minum kerana kehausan kiamat. Mereka
memasuki syurga bersama-sama. Hanya tinggal, kanak-kanak yang belum
melihat ibu dan bapa mereka.

Suara tangisan mereka semakin nyaring. Mereka berkata: "Aku mengharamkan
syurga bagi diriku sehingga aku melihat bapa dan ibuku." Kanak-kanak
yang belum melihat ibu dan bapa mereka telah berkumpul. Mereka berkata:
"Kami masih di dalam keadaan yatim di sini dan di dunia." Malaikat
berkata kepada mereka: "Bapa-bapa dan ibu-ibu kamu terlalu berat dosa
mereka. Mereka tidak diterima oleh syurga akibat dosa mereka."

Mereka terus menangis malah lebih kuat dari sebelumnya lalu berkata:
"Kami akan duduk di pintu syurga moga-moga Allah Taala mengampuninya dan
menyatukan kami dengan mereka." Demikianlah! Orang yang melakukan dosa
besar akan dikurung di tempat pembalasan yang pertama oleh mereka iaitu
Sirat. Ia dipanggil "Tempat Teropong." Kaki-kaki mereka akan tergantung
di Sirat.

Nabi Muhammad SAW melintasi Sirat bersama orang-orang yang soleh di
kalangan yang terdahulu dan orang yang taat selepasnya. Di hadapannya,
ada bendera-bendera yang berkibaran. Bendera Kepujian berada di atas
kepalanya. Apabila bendera baginda menghampiri pintu syurga, kanak-kanak
akan meninggikan tangisan mereka.

Rasulullah SAW bersabda: "Apa yang berlaku pada kanak-kanak ini?"
Malaikat menjawab: "Mereka menangis kerana berpisah dengan bapa dan ibu
mereka. "Nabi SAW bersabda: "Aku akan menyelidiki khabar mereka dan aku
akan memberi syafaat kepada mereka, Insya Allah."

Nabi Muhammad SAW memasuki syurga bersama umatnya yang berada di
belakang. Setiap kaum akan kekal didalam rumah-rumah mereka. Kita
memohon kepada Allah Taala agar memasukkan kita di dalam keutamaan ini
dan menjadikan kita sebahagian daripada mereka.

Sunday, 6 March 2011

Gambaran Di Syurga

ALLAH SWT menjelaskan bahawa orang yang akan memasuki syurga-Nya kelak
adalah dalam keadaan berkumpulan. Ia dijelaskan dalam firman-Nya yang
bermaksud: “Dan orang yang bertakwa kepada Rabb-nya dibawa ke syurga
berombongan, apabila mereka sampai ke syurga itu, pintunya terbuka dan
berkatalah kepada mereka penjaganya: Kesejahteraan dilimpahkan atasmu,
berbahagialah kamu, masukilah syurga ini, sedang kamu kekal di
dalamnya.” (QS Az-Zumar: 73)

Ibn Kathir menjelaskan, setiap orang yang bertakwa akan menuju ke syurga
bersama-sama dengan kelompok mereka seperti nabi bersama nabi, golongan
syuhada bersama kumpulan syuhada, golongan ulama bersama kumpulan ulama,
orang yang jujur bersama orang yang jujur dan begitulah seterusnya.
Dalam erti kata lain, setiap orang dikumpulkan sesuai dengan kumpulan
mereka.

Begitu pun, di kalangan kelompok manusia di atas, Rasulullah SAW adalah
orang yang pertama sekali memasuki syurga. Hal ini dijelaskan oleh Anas
bin Malik bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Aku mendatangi pintu syurga
pada hari kiamat, lalu aku meminta dibuka. Penjaga berkata: Siapa
engkau: Aku Muhammad. Penjaga berkata: Aku diperintahkan untuk tidak
membukakannya untuk seorang pun sebelummu.” (HR Muslim)

Selepas Rasulullah SAW memasukinya, barulah kumpulan lain akan
memasukinya mengikut pintu syurga yang ditentukan berdasarkan amalan
mereka. Keadaan ini dijelaskan oleh Abu Hurairah, bahawa Rasulullah SAW
bersabda: “Barang sesiapa yang berinfak dengan emas dan perak daripada
hartanya di jalan Allah, maka dia akan dipanggil dari mana-mana pintu
syurga. Syurga itu ada beberapa pintu. Sesiapa yang rajin menunaikan
solat, maka dia akan dipanggil dari pintu solat. Sesiapa yang rajin
bersedekah, maka dia akan dipanggil dari pintu sedekah. Sesiapa yang
berjihad, akan dipanggil dari pintu jihad dan sesiapa yang berpuasa, dia
akan dipanggil dari pintu ar-Rayyan."

Hadis itu menjelaskan syurga mempunyai beberapa pintu. Rasulullah SAW
menjelaskan bahawa syurga itu memiliki lapan pintu. Ia dijelaskan oleh
Umar al-Khattab bahawa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah salah seorang
di antara kamu berwuduk, kemudian menyempurnakan wuduknya, lalu membaca:
Aku bersaksi bahawa tidak ada yang hak kecuali Allah Maha Esa, yang
tiada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahawa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya, melainkan dibuka baginya pintu-pintu syurga yang berjumlah
lapan pintu dan ia masuk dari pintu mana saja yang ia kehendaki.” (HR
Muslim)

Pintu syurga ada lapan, tetapi jarak di antara satu pintu dengan yang
lain amat jauh, sejauh di antara Makkah dan Hajar (sebuah kota di
Bahrain). Jarak ini dijelaskan dalam hadis daripada Abu Hurairah, di
mana beliau berkata: “Allah berfirman: Wahai Muhammad, masukkan umatmu
yang tidak dihisab melalui pintu sebelah kanan. Mereka bebas masuk pintu
lainnya bersama orang lain." Rasulullah SAW bersabda: Demi Tuhan yang
jiwa Muhammad ada di tangan-Nya, jarak di antara dua daun pintu syurga
adalah seperti Makkah dan Hajar atau di antara Hajar dan Makkah.” (HR
Bukhari & Muslim).

Di dalam syurga, nikmatnya tidak terhingga, sehingga digambarkan
kenikmatannya adalah sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, belum
pernah terdengar oleh telinga dan tidak pernah juga terlintas dalam
fikiran manusia.

Di dalam al-Quran, Allah menyifatkan syurga itu dengan beberapa keadaan
seperti firman-Nya: “Di dalamnya ada sungai-sungai daripada air yang
tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai daripada susu yang tidak
berubah rasanya, sungai-sungai daripada khamar yang lazat rasanya bagi
peminumnya dan sungai-sungai daripada madu yang disaring dan mereka di
dalamnya memperoleh segala macam buah-buahan.” (QS Muhammad: 15)

Mengenai sifat syurga di atas, Rasulullah SAW juga bersabda: “Di dalam
syurga itu ada lautan susu, lautan air, lautan madu dan lautan khamar.
Sungai-sungai itu mengalir daripadanya.” (HR At-Tirmidzi).

Di dalam syurga kelak, tidak akan ada penghuninya yang tidak menikah.
Hal ini dijelaskan oleh Abu Hurairah, di mana Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya rombongan pertama yang masuk syurga seperti bulan pada
malam purnama dan rombongan seterusnya seperti cahaya bintang yang
bersinar di langit, masing-masing daripada mereka mempunyai dua isteri
yang mana mereka dapat melihat sum-sum betisnya daripada luar kulit dan
di dalam syurga tidak ada orang yang tidak menikah.” (HR Bukhari & Muslim).

Malah, mereka diberikan oleh Allah rumah yang diperbuat daripada mutiara
dan ruangnya amat luas tidak terhingga. Keadaan ini dijelaskan oleh
Rasulullah SAW dalam sabda Baginda: “Sesungguhnya di syurga ada rumah
yang diperbuat daripada mutiara yang mempunyai ruang yang luas.” (HR
Bukhari)

Ketika Rasulullah SAW di isra'kan, Baginda diperlihatkan bagaimana rumah
dan keadaan tanah di dalam syurga seperti disabdakan oleh Baginda yang
bermaksud: “Di dalamnya ada kubah-kubah permata dan tanahnya adalah
minyak wangi.” (HR Bukhari & Muslim)

Disebutkan di dalam kitab “ KASYFUL GHAIBIAH” yang ditulis oleh Syeikh
Zainal Abidin bin Muhammad Al-Fathani menerangkan tentang keadaan syurga
dan penduduknya kelak, berkata Ibnu Abbas: “Bahawa syurga itu mempunyai
8 buah pintu gerbang iaitu:

1. Pintu masuk untuk para nabi, syuhada, orang-orang dermawan, orang
yang mendermakan hartanya di jalan Allah. Di atas pintu tersebut
tertulis dua kalimah syahadah yang indah.

2. Pintu masuk bagi orang yang sangat rapih, memenuhi syarat dan rukun
serta meneliti fardhu dan sunnahnya dalam solat.

3. Pintu masuk bagi mereka yang suka mengeluarkan zakat dengan hati yang
tulus ikhlas semata-mata kerana Allah.

4. Pintu masuk orang-orang yang suka menyeru dan mengajak kepada kebaikan.

5. Pintu masuk bagi orang-orang yang dapat mengekang nafsunya dari
melakukan perbuatan yang diharamkan dalam Islam.

6. Pintu masuk bagi orang yang melakukan rukun Islam yang kelima iaitu
melakukan haji dan umrah yang mabrur.

7. Pintu masuk bagi orang-orang yang membela dan berjuang di jalan Allah.

8. Pintu masuk bagi orang yang berbakti kepada kedua orang tuanya,
keluarganya serta sanak saudaranya.

Demikian keterangan yang dinyatakan dalam hadis dimana syurga-syurga itu
telah disediakan oleh Allah dengan beberapa tingkatan yang akan
diberikan kepada hambaNYA sesuai dengan amal perbuatan masing-masing.

Diceritakan, ketika semua para hamba Allah telah dihisab dan telah
menerima buku catatan amalnya yang diterima dengan tangan kanan mereka,
pada waktu itu semua manusia merasa gembira yang tidak terkira, sehingga
mereka yakin bahawa Allah akan memasukkan mereka ke dalam syurga yang
penuh dengan kenikmatan. Manakala mereka akan memasuki gedung yang indah
itu, mereka akan disambut oleh 'wildan' (pelayan muda) yang memang sudah
sekian lama menanti kehadiran orang yang akan mengisi gedung tersebut
(syurga).

Demikianlah keadaan gedung-gedung itu yang sangat indah bentuknya
sedangkan lantainya dihampar dengan permaidani yang indah pula dan di
dalamnya mengalir air sungai yang ditumbuhi oleh pohon-pohon yang sangat
rendang dan buahnya yang manis dan lazat.

Firman Allah SWT: "Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang
beriman dan berbuat baik, bahawa bagi mereka disediakan syurga-syurga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezeki
buah-buahan dalam syurga-syurga itu, mereka mengatakan: " Inilah yang
pernah diberikan kepada kami dahulu ". Mereka diberi buah-buahan yang
serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan
mereka kekal di dalamnya." (QS Al-Baqarah: 25)

Dengan mata air terpancar, taman syurga yang terhidang dengan segala
kelazatan adalah destinasi yang aman dan sentosa. Mereka yang
menghuninya kekal di dalamnya, tidak akan merasai kematian lagi.

Terdapat pohon-pohon dan buahan. Sungai mengalir di bawah syurga. Ada
air yang tidak berubah (rasa dan baunya). Terdapat beberapa sungai dari
arak yang lazat bagi orang yang meminumnya dan beberapa sungai dari madu
yang suci bersih.

Penghuninya dilayan anak muda yang beredar di sekitar mereka, yang
cantik seolah-olah seperti mutiara yang tersimpan sebaik-baiknya.

“Dan diedarkan kepada mereka bejana dari perak dan piala-piala minuman
yang keadaannya laksana kaca (nampak jelas isinya) - (keadaannya
laksana) kaca, (sedang ia) dari perak, pelayan-pelayan itu menentukan
kadar isinya sekadar yang cukup betul dengan kehendak penggunanya dan
mereka di dalam syurga itu diberi minum sejenis minuman yang campurannya
daripada zanjabil - iaitu sebuah mata air di dalam syurga yang
disebutkan sifatnya sebagai salsabil dan mereka dilayani oleh anak-anak
muda lelaki yang tetap kekal (dalam keadaan mudanya), yang sentiasa
beredar di sekitar mereka, apabila engkau melihat anak-anak muda itu
nescaya engkau menyangkanya mutiara yang bertaburan.” (QS Al-Insaan: 15-19)

Di syurga juga terdapat teman-teman yang baik akhlaknya lagi cantik
rupanya, iaitu bidadari yang hanya tinggal di tempat tinggal
masing-masing. Bidadari ini cantik berseri seperti permata delima dan
marjan. Kulit mereka putih melepak, cantik matanya, malah pandangannya
tertumpu kepada mereka semata-mata.

Bidadari ini juga tidak pernah disentuh oleh manusia mahupun jin. Mereka
bersenang lenang, bergurau senda di atas cadar hijau warnanya dan
permaidani yang sangat indah. Golongan yang sangat bertuah ini disebut
sebagai 'Ashaabul Yamiin' (golongan kanan).

Wallahua'lam.

Monday, 7 February 2011

kisah nabi Muhammad s.a.w dengan pengemis buta

“Wahai saudaraku! Jangan engkau dekati Muhammad itu. Dia orang gila. Dia pembohong. Dia tukang sihir. Jika engkau mendekatinya, engkau akan dipengaruhinya dan engkau akan menjadi seperti dia,” kata seorang pengemis buta Yahudi berulang-ulang kali di satu sudut pasar di Madinah pada setiap pagi sambil tangannya menadah meminta belas orang yang lalu-lalang.

Orang yang lalu-lalang di pasar itu ada yang menghulurkan sedekah kerana kasihan malah ada juga yang tidak mempedulikannya langsung.
Pada setiap pagi, kata-kata menghina Rasulullah SAW itu tidak lekang daripada mulutnya seolah-olah mengingatkan kepada orang ramai supaya jangan terpedaya dengan ajaran Rasulullah SAW. Seperti biasa juga, Rasulullah SAW ke pasar Madinah. Apabila baginda sampai, baginda terus mendapatkan pengemis buta Yahudi itu lalu menyuapkan makanan ke mulutnya dengan lembut dan bersopan tanpa berkata apa-apa.
Pengemis buta Yahudi yang tidak pernah bertanya siapakah yang menyuapkan itu begitu berselera sekali apabila ada orang yang baik hati memberi dan menyuapkan makanan ke mulutnya.
Perbuatan baginda itu dilakukannya setiap hari sehinggalah baginda wafat. Sejak kewafatan baginda, tidak ada sesiapa yang sudi menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu setiap pagi.

Pada satu pagi, Saidina Abu Bakar ra pergi ke rumah anaknya, Siti Aisyah yang juga merupakan isteri Rasulullah SAW untuk bertanyakan sesuatu kepadanya.
“Wahai anakku Aisyah, apakah kebiasaan yang Muhammad lakukan yang aku tidak lakukan?”, tanya Saidina Abu Bakar ra sebaik duduk di dalam rumah Aisyah.
“Ayahandaku, boleh dikatakan apa sahaja yang Rasulullah lakukan, ayahanda telah lakukan kecuali satu,” beritahu Aisyah sambil melayan ayahandanya dengan hidangan yang tersedia.
“Apakah dia wahai anakku, Aisyah?”
“Setiap pagi Rasulullah akan membawa makanan untuk seorang pengemis buta Yahudi di satu sudut di pasar Madinah dan menyuapkan makanan ke mulutnya. Sejak pemergian Rasulullah, sudah tentu tidak ada sesiapa lagi yang menyuapkan makanan kepada pengemis itu,” beritahu Aisyah kepada ayahandanya seolah-olah kasihan dengan nasib pengemis itu.
“Kalau begitu, ayahanda akan lakukan seperti apa yang Muhammad lakukan setiap pagi. Kamu sediakanlah makanan yang selalu dibawa oleh Muhammad untuk pengemis itu,” beritahu Saidina Abu Bakar ra kepada anaknya.
Pada keesokan harinya, Saidina Abu BAkar ra membawakan makanan yang sama seperti apa yang Rasulullah SAW bawakan untuk pengemis itu sebelum ini. Setelah puas mencari, akhirnya beliau bertemu juga dengan pengemis buta itu. Saidina Abu Bakar ra segera menghampiri dan terus menyuapkan makanan ke mulut pengemis itu.
“Hei… Siapakah kamu? Berani kamu menyuapku?” Pengemis buta itu mengherdik Saidina Abu Bakar ra. Pengemis buta itu terasa lain benar perbuatan Saidina Abu Bakar ra itu seperti kebiasaan.

“Akulah orang yang selalu menyuapmu setiap pagi,” jawab Saidina Abu Bakar ra sambil memerhatikan wajah pengemis buta itu yang nampak marah.
“Bukan! Kamu bukan orang yang selalu menyuapku setiap pagi. Perbuatan orang itu terlalu lembut dan bersopan. Aku dapat merasakannya, dia terlebih dahulu akan menghaluskan makanan itu kemudian barulah menyuap ke mulutku. Tapi kali ini aku terasa sangat susah aku hendak menelannya,” balas pengemis buta itu lagi sambil menolak tangan Saidina Abu Bakar ra yang masih memegang makanan itu.
“Ya, aku mengaku. Aku bukan orang yang biasa menyuapmu setiap pagi. Aku adalah sahabatnya. Aku menggantikan tempatnya,” beritahu Saidina Abu Bakar ra sambil mengesat air matanya yang sedih.
“Tetapi ke manakah perginya orang itu dan siapakah dia?”, tanya pengemis buta itu.
“Dia ialah Muhammad Rasulullah. Dia telah kembali ke rahmatullah. Sebab itulah aku yang menggantikan tempatnya,” jelas Saidina Abu Bakar ra dengan harapan pengemis itu berpuas hati.
“Dia Muhammad Rasulullah?”, kata pengemis itu dengan suara yang terkedu.
“Mengapa kamu terkejut? Dia insan yang sangat mulia,” beritahu Saidina Abu Bakar ra. Tidak semena-mena pengemis itu menangis sepuas-puasnya. Setelah agak reda, barulah dia bersuara.
“Benarkah dia Muhammad Rasulullah?”, pengemis buta itu mengulangi pertanyaannya seolah-olah tidak percaya dengan berita yang baru didengarnya itu.
“Ya benar. Kamu tidak percaya?”
“Selama ini aku menghinanya, aku memfitnahnya tetapi dia sedikit pun tidak pernah memarahiku malah dia terus juga menyuap makanan ke mulutku dengan sopan dan lembut. Sekarang aku telah kehilangannya sebelum sempat memohon ampun kepadanya,” ujar pengemis itu sambil menangis teresak-esak.


“Dia memang insan yang sangat mulia. Kamu tidak akan berjumpa dengan manusia semulia itu selepas ini kerana dia telah pun meninggalkan kita,” beritahu Saidina Abu Bakar ra.
“Kalau begitu, aku mahu kamu menjadi saksi. Aku ingin mengucapkan kalimah syahadah dan aku memohon keampunan Allah,” ujar pengemis buta itu.
Selepas peristiwa itu, pengemis itu telah memeluk Islam di hadapan Saidina Abu Bakar ra. Keperibadian Rasulullah SAW telah memikat jiwa pengemis itu untuk mengakui ke-Esaan Allah..