Thursday 28 July 2011

Di Mana Allah...??

Allah yang menciptakan kita mewajibkan kita untuk mengetahui di mana
Dia, sehingga kita dapat menghadap kepada-Nya dengan hati, do'a dan
solat kita. Orang yang tidak tahu di mana Tuhan akan selalu sesat, dan
tidak mengetahui bagaimana caranya beribadah yang benar. Sifat 'atas'
atau 'tinggi' yang dimiliki Allah atas makhlukNya tidak berbeza dengan
sifat-sifat Allah yang lain sebagaimana yang diterangkan dalam Qur'an
dan Hadith sahih, seperti 'mendengar', 'melihat', 'berbicara', 'turun'
dan lain-lain.


Aqidah para ulama salaf yang soleh dan golongan yang selamat yaitu
"Ahlus Sunnah wal Jama'ah" mempunyai keyakinan sesuai dengan apa yang
terdapat dalam Kitabullah tanpa ta'wil (menggeser ma'na yang asal ke
ma'na yang lain), ta'til (meniadakan ma'nanya sama sekali) dan tasybih
(menyamakan Allah dengan makhlukNya). Hal ini berdasarkan firman Allah
yang bermaksud:
"Tidak ada suatu apa pun yang sama dengan Allah dan Allah Maha Mendengar
dan Maha Melihat." (AsySyura: 11)


Sifat-sifat Allah ini antara lain sifat 'atas' atau 'tinggi' tadi
mengikuti zat Allah. Oleh karena itu Iman kepada sifat-sifat Allah
tersebut juga wajib sebagaimana juga Iman kepada zat Allah. Imam Malik
ketika ditanya tentang ma'na "istiwa" dalam firman Allah yang bermaksud:
''Allah yang Maha Pengasih itu "istawa" di atas Arasy." [Surah Taha:4]
Beliau menjawab: Istiwa itu sudah dimaklumi, yaitu bererti "Tinggi."
Tetapi bentuknya bagaimana tidak diketahui, kita hanya wajib mengimaninya.
Perhatikanlah jawapan Imam Malik tadi yang menetapkan bahawa iman kepada
istiwa itu wajib diketahui oleh setiap Muslim. 

Tetapi bagaimana tingginya Allah itu hanya Allah saja yang mengetahui. Orang yang
mengingkari sifat Allah yang telah ditetapkan dalam Qur'an dan hadith -
antara lain sifat ketinggian Allah yang mutlak dan Allah di atas langit
- maka orang itu bererti telah mengingkari ayat Qur'an dan hadith yang
menetapkan adanya sifat-sifat tersebut. Sifat-sfat tersebut meliputi
sifat-sifat kesempurnaan, keluhuran dan keagungan yang tidak boleh
diingkari oleh siapa pun. 

Usaha sekelompok ulama' yang datang belakangan
untuk mena'wilkan ayat-ayat Qur'an yang berhubungan dengan sifat Allah,
yang terpengaruh oleh filsafat yang merosak aqidah Islam, menyebabkan
mereka menghilangkan sifat-sifat Allah yang sempurna dari zat-Nya.
Mereka bertentangan dengan method ulama salaf yang dinilai lebih
selamat, lebih tahu dan lebih kuat argumentasinya.

KESIMPULAN
Beriman kepada seluruh sifat-sifat Allah yang diterangkan dalam Qur'an
dan hadith adalah wajib. Tidak boleh membeza-bezakan antara sifat yang
satu dengan sifat yang lain, sehingga kita hanya mahu beriman kepada
sifat yang satu dan ingkar kepada sifat yang lain. Orang yang percaya
bahwa Allah itu Maha Mendengar dan Maha Melihat, dan percaya bahwa
mendengar dan melihatnya Allah tidak sama dengan mendengar dan
melihatnya makhluk, maka ia juga harus percaya bahwa Allah itu tinggi di
atas langit dengan cara dan sifat yang sesuai dengan keagungan Allah dan
tidak sama dengan tingginya makhluk, kerana sifat tingginya itu adalah
sifat yang sempurna bagi Allah. Hal itu sudah ditetapkan sendiri oleh
Allah dalam kitabNya dan sabda-sabda Rasulullah SAW. 
 Fitrah dan cara berfikir yang sihat juga mendukung kenyataan tersebut. ALLAH Dl ATAS ARASY
Al Qur'an, hadith sahih dan naluri serta cara berfikir yang sihat akan
mendukung kenyataan bahwa Allah berada di atas arasy.
1. Allah berfirman yang bermaksud:
"Allah yang Maha Pengasih itu "istawa" di atas Arasy." [Surah Taha:4]
Sebagaimana diterangkan dalam hadith Bukhari, para tabiin menafsirkan
istawa dengan naik dan tinggi.

2. Allah berfirman yang bermaksud:
"Apakah kamu merasa aman terhadap Yang di langit? Dia akan
menjungkir-balikkan bumi bersama kamu." (AlMulk:16)
Menurut Ibnu Abbas yang dimaksud "Yang di langit" adalah Allah seperti
dituturkan dalam kitab Tafsir Ibnul-Jauzi.

3. Firman Allah yang bermaksud:
"Orang-orang tidak takut kepada Tuhannya yang di atas mereka." (AnNahl: 50)
4. Firman Allah tentang Nabi Isa As:
"Tetapi Allah mengangkatnya kepadaNya." (AnNisa:158)
Maksudnya Allah menaikkan Nabi Isa ke langit.

5. Allah berfirman yang maksudnya:
"Ialah Allah yang ada di langit-langit." (AlAn'am: 3)
Ibnu Katsir mengomentari ayat ini sebagai berikut: Para ahli tafsir
bersependapat bahwa kita tidak akan berkata seperti ucapan kaum Jahmiyah
(golongan yang sesat) yang mengatakan bahwa Allah itu berada di setiap
tempat. Maha Suci Allah dari ucapan mereka. Adapun firman Allah yang bermaksud:
"Dan Allah selalu bersamamu di mana kamu berada." (AlHadid: 41)
Yang dimaksudkan adalah Allah itu selalu bersama kita, dimana Allah
Mendengar dan Melihat kita, seperti keterangan dalam Ibnu Katsir dan Jalalain.
6. Rasulullah SAW mi'raj ke langit ketujuh dan berdialog dengan Allah
serta diwajibkan untuk melakukan solat lima waktu (Riwayat Bukhari dan Muslim).
7. Rasulullah SAW bersabda:
"Kenapa kamu tidak mempercayaiku, padahal saya ini dipercayai oleh Allah
yang ada di langit?" (Riwayat Bukhari dan Muslim).
8. Rasulullah SAW bersabda: "Sayangilah orang-orang yang ada di bumi
maka yang di langit (Allah) akan menyayangimu." (Riwayat Turmidzi).
9. Rasulullah SAW pernah menanyai seorang wanita budak: "Di mana Allah?"
Jawabnya: "Di langit!" Rasulullah bertanya lagi: "Siapa saya?" Dijawab
lagi: "Kamu Rasulullah." Lalu Rasulullah bersabda: "Merdekakanlah dia
karena dia seorang Mukminah! "
10. Sabda Rasulullah SAW: "Arsy berada di atas, dan Allah berada di atas
arsy. Allah mengetahui keadaan kamu."
11. Abu Bakar Siddiq berkata: "Barang siapa menyembah Allah maka Allah
berada di langit, Ia hidup dan tidak mati." (Riwayat Imam Darimi dalam
Alradd alal Jahmiyah)
12. Abdullah bin Mubarak pernah ditanya: "Bagaimana kita mengetahui
Tuhan kita?" Maka beliau menjawab: "Tuhan kita di atas langit, di atas
arsy, berbeza dengan makhlukNya." Maksudnya zat Allah berada di atas
arsy, berbeza dan berpisah dengan makhlukNya, dan keadaannya di atas
arsy tersebut tidak sama dengan makhluk.
13. Imam Abu Hanifah menulis kitab kecil berjudul "Sesungguhnya Allah
itu di atas arsy." Beliau menerangkan hal itu seperti dalam kitabnya
"Al-Ilm wal-Muta'allim."
14. Orang yang sedang solat selalu mengucapkan "Subhana rabial'ala (Maha
Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi). Ketika berdo'a ia juga mengangkat
tangannya dan menadahkan ke langit.
15. Otak yang sihat juga mendukung kenyataan bahwa Allah berada di
langit. Seandainya Allah berada di semua tempat, nescaya Rasulullah SAW
pernah menerangkan dan mengajarkan kepada para sahabatnya. Kalau Allah
berada di SEGALA TEMPAT bererti Allah jua berada di tempat-tempat yang
najis dan kotor. Maha Suci Allah dari anggapan itu.
[Syeikh Muhammad b Jamil Zeno; Dar-ul-Hadith Al-Khairiyah, Makkah
Al-Mukarramah]

Monday 20 June 2011

DOA SEWAKTU BERSUJUD DAN KEISTIMEWAANNYA ..

Sewaktu bersujud, kita berada amat hampir dengan Allah. Katakanlah apa sahaja di dalam hati hajat kita sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah s. a. w. yang biasa memanjangkan sujudnya dengan memperbanyakkan zikir dan doa didalamnya.
 

Sabda Rasulullah s. a. w :-
 "Suasana yang paling hampir antara seseorang hamba dengan Tuhannya ialah di kala ia bersujud kerana itu hendaklah kamu memperbanyakkan doa di dalamnya."  Banyak doa yang diamalkan oleh Rasulullah untuk kita ikuti. Salah satunya yang paling baik untuk diamalkan ialah doa yang dibaca sewaktu sujud akhir dalam solat.
  

"Ya Allah, tambahkanlah bagiku rezeki yang banyak lagi halal, imam yang benar, ilmu yang bermanfaat, kesihatan yang elok, kecerdikan yang tinggi, hati yang bersih dan kejayaan yang besar."
  
Semoga dengan mengamalkan doa itu kita mendapat manfaat atau sekurang-kurangnya menjadi cita-cita kita dalam mencari keredhaan Allah dunia dan akhirat.

Banyak kelebihan memanjangkan sujud dan memperbanyakkan doa di dalamnya.        Rasulullah s. a. w biasa berbuat begitu sehingga pernah para sahabat hairan kerana lamanya baginda bersujud. 

Keistimewaan umatnya yang bersujud telah disebut oleh baginda dalam sabdanya yang bermaksud:-
"Tiadalah ada seorang umatku melainkan aku yang akan mengenalinya di hari kiamat" Mendengar itu para sahabat bertanya: 


"Bagaimanakah engkau dapat mengenali mereka dalam khalayak ramai wahai Rasulullah?" Jawab baginda: "Tidakkah engkau melihat seandainya sekumpulan unta dimasuki oleh seekor kuda yang amat hitam, sedang di dalamnya pula terdapat sekor kuda putih bersih, maka adakah engkau tidak dapat mengenalinya?" 

Sahabat Menjawab: "Bahkan !" Rasulullah menyambung: "Kerana sesungguhnya pada hari itu (kiamat) muka umatku akan putih (berser-seri) disebabkan mereka bersujud (di dunia), segala anggota mereka ( terutama anggota wudu') putih berseri-seri oleh cahaya wudhu' !!!"


KEISTIMEWAANNYA 

Ahli neraka juga mendapat keselamatan kerana bekas sujudnya. Rasulullah s. a. w. bersabda yang bermaksud:-  "Apabila Allah hendak melimpahkan Rahmat (kebaikan) kepada ahli-ahli neraka yang Dia kehendaki, Dia pun memerintahkan malaikat supaya mengeluarkan orang-orang yang menyembah Allah, lalu mereka dikeluarkan dan mereka dikenali dengan kesan-kesan sujud (di dahi mereka),
di mana Allah menegah neraka memakan (menghapuskan) bekas-bekas sujud itu, lalu mereka pun keluar dari neraka, maka setiap tubuh anak Adam akan dimakan api neraka selain bekas sujud" Begitulah Allah memuliakan hamba-Nya yang bersujud. Orang yang sujud mendapat keistimewaannya apatah lagi di dalam sujud itu kita berdoa. Sudah tentu mendapat perhatian yang sewajarnya. Semoga kita akan menjadi hamba yang benar-benar mendapat rahmat.


Thursday 9 June 2011

Sesuatu Yg Kita Jarang Sedar ......ingatan untuk kawan-kawan

Firman Allah Taala yang bermaksud:

"Tiap-tiap umat mempunyai ajal, maka apabila telah datang ajalnya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak dapat (pula) mencepatkannya."
(Surah Al-A'raf: ayat 34)

BETAPA kerapnya malaikat maut melihat dan merenung wajah seseorang, iaitu dalam masa 24 jam sebanyak 70 kali, andainya manusia sedar hakikat tersebut, nescaya dia tidak akan lalai mengingati mati. Tetapi oleh kerana malaikat maut adalah makhluk ghaib, manusia tidak melihat kehadirannya, sebab itu manusia tidak menyedari apa yang dilakukan oleh Malaikat Izrail.

Justeru itu tidak hairan jika ramai manusia yang masih mampu bersenang riang dan bergelak ketawa, seolah-olah dia tiada masalah yang perlu difikir dan direnungkan dalam hidupnya. Walaupun dia sebenarnya adalah seorang yang miskin amal kebajikan serta tidak memiliki sebarang bekalan untuk akhiratnya, dan sebaliknya banyak pula melakukan dosa.

Sebuah hadis Nabi s.a.w yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Abbas r.a, bahawa Rasulullah s.a.w bersabda yang maksudnya:

"Bahawa malaikat maut memerhati wajah setiap manusia di muka bumi ini 70 kali dalam sehari.Ketika Izrail datang merenung wajah seseorang, didapati orang itu ada yang sedang gelak ketawa. Maka berkata Izrail: Alangkah hairannya aku melihat orang ini, sedangkan aku diutus oleh Allah Taala untuk mencabut nyawanya, tetapi dia masih berseronok-seronok bergelak ketawa."

Manusia tidak akan sedar bahawa dirinya sentiasa diperhati oleh malaikat maut, kecuali orang-orang soleh yang sentiasa mengingati mati. Golongan ini tidak lalai dan sentiasa sedar terhadap kehadiran malaikat maut, kerana mereka sentiasa meneliti hadis-hadis Nabi s.a.w yang menjelaskan mengenai perkara-perkara ghaib, terutama mengenai hal ehwal mati dan hubungannya dengan malaikat maut.

Meskipun mata manusia hanya mampu melihat alam benda yang nyata, tidak mungkin dapat melihat kehadiran malaikat maut itu. Namun pandangan mata hati mampu melihat alam ghaib, iaitu memandang dengan keyakinan iman dan ilmu.

Sebenarnya manusia itu sedar bahawa setiap makhluk yang hidup pasti akan mati, tetapi manusia menilai kematian dengan berbagai tanggapan. Ada yang menganggap kematian itu adalah suatu tabi'e biasa sebagai pendapat golongan atheis, dan tidak kurang pula orang yang mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebabnya yang zahir sahaja. Dia mengambil logik bahawa banyak kematian disebabkan oleh sesuatu tragedi, seperti diakibatkan oleh peperangan, bencana alam seperti gempa bumi, banjir, kebakaran dan juga kemalangan sama ada di udara, laut dan daratan termasuk kemalangan jalan raya.

Selain itu mereka juga melihat kematian disebabkan oleh serangan penyakit yang merbahaya seperti penyakit barah, sakit jantung, AIDS, demam denggi, ta'un dan sebagainya. Disebabkan manusia melihat kematian hanya dari sudut sebab musabab yamg lumrah, maka manusia sering mengaitkan kematian itu dengan kejadian-kejadian yang disebut di atas. Jika berlaku kematian di kalangan mereka, lantas mereka bertanya, "sebab apa si pulan itu mati, sakitkah atau kemalangankah?".

Tidak ramai manusia yang mengaitkan kematian itu dengan kehadiran malaikat maut yang datang tepat pada saat ajal seseorang sudah sampai, sedangkan malaikat maut sentiasa berlegar di sekeliling manusia, mengenal pasti memerhatikan orang-orang yang tempoh hayatnya sudah tamat.

Sesungguhnya malaikat maut menjalankan arahan Allah SWT dengan tepat dan sempurna, dia tidak diutus hanya untuk mencabut roh orang sakit sahaja, ataupun roh orang yang mendapat kecelakaan dan malapetaka. Jika Allah SWT menetapkan kematian seseorang ketika berlaku kemalangan, atau ketika diserang sakit tenat, maka Izrail mencabut roh orang itu ketika kejadian tersebut.

Namun ajal tidak mengenal orang yang sihat, ataupun orang-orang mewah yang sedang hidup rehat dibuai kesenangan. Malaikat maut datang tepat pada waktunya tanpa mengira orang itu sedang ketawa riang, atau mengerang kesakitan. Bila ajal mereka sudah tiba, maka kematiannya tidak tertangguh walau sesaat.

Walau bagaimanapun ada ketikanya Allah SWT jadikan berbagai sebab bagi sesuatu kematian, yang demikian itu ada hikmah disebaliknya. Misalnya sakit tenat yang ditanggung berbulan-bulan oleh seseorang, ia akan menjadi rahmat bagi orang beriman dan sabar, kerana Allah Taala memberi peluang dan menyedarkan manusia agar dia mengingat mati, untuk itu dia menggunakan masa atau usia yang ada untuk berbuat sesuatu, membetulkan dan bertaubat dari dosa dan kesilapan serta memperbaiki amalan, serta menambah bekalan untuk akhirat, jangan sampai menjadi seorang yang muflis di akhirat kelak.

Begitu juga orang yang mati mengejut disebabkan kemalangan, ia akan menjadi pengajaran dan memberi peringatan kepada orang yang masih hidup supaya mereka sentiasa waspada dan tidak lalai dari berusaha memperbaiki diri, menambah amal kebajikan dan meninggalkan segala kejahatan. Kerana sekiranya ajal datang secara tiba-tiba pasti akan membawa sesalan yang tidak berguna.

Di kalangan orang solihin menganggap bahawa sakit yang ditimpakan kepada dirinya adalah sebagai tanda bahawa Allah SWT masih menyayanginya. Kerana betapa malangnya bagi pandangan orang-orang soleh itu jika Allah SWT mengambil roh dengan tiba-tiba, tanpa sebarang amaran terlebih dahulu. Seolah-olah Allah SWT sedang murka terhadap dirinya, sebab itulah Allah SWT tidak beri amaran terlebih dahulu kepadanya. Keadaan orang itu ibarat orang yang tidak menyedari adanya bahaya di hadapannya, jika tiada amaran terlebih dahulu nescaya dia akan menjerumus ke lembah bahaya itu.

Selain itu Allah Taala menjadikan sebab-sebab kematian itu bagi memenuhi janjiNya kepada malaikat maut, sebagaimana diriwayatkan oleh Saidina Abbas r.a dalam sebuah hadis Nabi yang panjang. Antara lain menjelaskan bahawa Izrail merasa kesedihan apabila dibebankan dengan tugas mencabut roh makhluk-makhluk bernyawa kerana di antara makhluk bernyawa itu termasuk manusia yang terdiri dari kekasih-kekasih Allah, iaitu para rasul a.s.w., para nabi-nabi, para wali-wali dan orang-orang solihin.

Selain itu malaikat maut mengadu kepada Tuhan betapa dirinya tidak disenangi oleh keturunan Adam, dia mungkin dicemuh kerana dia ditugaskan mencabut roh manusia, yang akan menyebabkan orang akan berdukacita, kerana kehilangan sanak keluarga dan orang-orang yang tersayang di kalangan mereka.

Diriwayatkan bahawa Allah SWT berjanji akan menjadikan berbagai sebab-sebab kepada kematian yang akan dilalui oleh keturunan Adam. Sehingga keturunan Adam itu akan memikirkan dan mengaitkan kematian itu dengan sebab-sebab yang dialami oleh mereka. Apabila berlaku kematian, mereka akan berkata bahawa si anu itu mati kerana menghidap sakit, ataupun kerana mendapat kemalangan, mereka akan terlupa mengaitkan malaikat maut dengan kematian yang berlaku itu.

Ketika itu Izrail tidak perlu bersedih kerana manusia tidak mengaitkan kematian tersebut dengan kehadiran malaikat maut, yang sememangnya diutus oleh Allah SWT pada saat malapetaka atau sakit tenat seseorang itu bertepatan dengan ajal mereka yang sememangnya telah tiba.

Namun pada hakikatnya bahawa ajal itu adalah ketetapan Allah, yang telah termaktub sejak azali lagi. Semuanya telah nyata di dalam takdir Allah, bahawa kematian pasti tiba pada saat yang ditetapkan. Izrail hanyalah tentera Allah yang menjalankan tugas seperti yang telah diamanahkan kepadanya.

Walau bagaimanapun adalah menjadi hak Allah Taala untuk menentukan kematian seseorang itu sama ada bersebab atau tidak, sebagaimana yang dinyatakan pada awal tulisan ini, bahawa ada ketikanya malaikat maut datang hendak mencabut roh seseorang, tetapi manusia yang dikunjungi malaikat maut sedang dalam keadaan seronok bergelak ketawa, hingga malaikat maut merasa hairan terhadap manusia itu. Ini membuktikan bahawa kematian itu tidak pernah mengenal, sama ada seseorang yang sedang sakit ataupun ketika sihat dan segar bugar.


Saturday 28 May 2011

Allah Jalla Jalaluh ..


Allah adalah nama yang paling mulia yang telah ditetapkan untuk zat yang tertentu sahaja. Suatu zat yang murni semurni-murninya. Kemurnian yang tidak boleh dilembagakan dengan sesuatu apapun. Dengan-Nya sahajalah manusia beriman. Dengan-Nyalah sahaja manusia berubudiyah. Daripada-Nya manusia mengenali kehidupan dan kepada-Nyalah mereka kembali. Sama ada mereka bersedia atau tidak, sama ada mereka bersetuju atau sebaliknya.


Dari Mana? Kenapa? Dan Ke Mana?


Dalam menghayati kalimah murni ini manusia memerlukan kepada suatu jawapan penyelesaian. Jawapan kepada persoalan-persoalan yang tidak pernah renggang atau jauh daripada minda dan perasaan. Persoalan yang telah timbul sejak dahulu hingga kini, terutama pada saat-saat kesunyian, kekosongan atau ketika lintasan awal mengusik perasaan dalaman mengenai kematian.


Manusia Pilihan


Tidak ada manusia yang paling bertuah dan terpilih, kecuali jawapan yang tepat yang dapat memberikan kepada persoalan-persoalan ini. Siapa manusia sebenar? Kenapakah manusia diberi peluang hidup di dunia? Dan ke manakah pula manusia akhirnya?


Manusia akan memperolehi jawapannya yang tepat andainya ia mengambil jawapan yang telah disediakan melalui petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya (al-Quranul al-Karim dan as-Sunnah Nabawiyyah). Manusia perlu mengambil asas-asas aqidah yang benar serta syariatnya yang terbina daripada asas-asas tersebut. Manusia perlu mengambil Islam dan daulahnya yang pernah dipersaksikan begitu lama dalam realiti hidup generasi awal pimpinan Rasulullah SAW. Manusia perlu mengambil seluruh rantaian sirah kehidupan pewaris-pewarisnya dan mujahid-mujahid Islam yang sangat jelas kefahaman dan penghayatan serta iltizam dan intizam mereka sepenuhnya dengan din Allah SWT dalam apa jua keadaan dan suasana.


Kalimatullah Tidak Akan Terguris


Dalam konteks mendapatkan hakikat kefahaman kalimah mulia Allah, manusia wajar merenung sejenak dengan rasa hati yang lembut dan murni. Manusia seharusnya memikir jauh buat seketika dengan mindanya yang terarah terhadap kalimah agung �Allahur Rahman AllahurRahim� yang disaluti anekarupa kerahmanan, kalimah yang hanya layak menerima segala pujian dan kemuliaan.

Kerahmatan-Nya yang terang nyata pulangannya untuk makhluk ciptaan-Nya semata-mata.

Biar seluruh manusia sejak daripada Adam AS, dan makhluk lain diberi ruang untuk hidup kemudian semua mereka melupakan Allah SWT, atau mengkufur-kan-Nya terus menerus, nescaya tidak akan terguris sedikit pun hakikat kemurnian Kalimatullah. Tidak akan berkurangan kesultanan dan ketuanan-Nya, walau sebesar zarah atau lebih halus daripada itu. Tidak ada sebarang kepantasan pintasan cahaya yang dapat menjerebui ketajaman sinaran kebesaran Nur Allah.


Daya Menjinak Hati Dan Fitrah Salimah


Jika manusia berbuat demikian, kerugian dan kebinasaanlah yang menimpa manusia. Keadaan ini berpunca daripada kejahilan serta sifat keangkuhan manusia untuk mengenal penciptanya

atau kesesatan dan buta hati manusia untuk memperhambakan dirinya kepada Rabbul Alamin, atau nafsu ammarah bimbingan syaitan telah menjadi ilahnya. Pada ketika tertentu manusia meyakini Allah SWT, sedang pada masa yang lain pula ia menjuarai jahiliyyah. Itulah kehancuran dan kebinasaan yang tidak berhujung dan bertebus walau sebesar bumi dan segala isinya atau setinggi langit dan segala kandungannya sebagai gantian melainkan hanya dengan maghfirah Allah SWT dan rahmat-Nya sahaja.

Manusia memang mempunyai daya untuk menjinakkan hati dengan sifat maghfirah Allah SWT dan sifat rahmah-Nya. Manusia memang ada fitrah salimahnya yang tidak berasa asing dengan Al Haq.


Nas-Nas Al Quran


Ada banyak ayat-ayat Allah SWT yang menjelaskan manusia suka mengingkari sifat-sifat dan kekuasaan-Nya serta akibatnya. Firman-Nya yang bermaksud :


Antara manusia ada orang yang membantah tentang Allah tanpa ilmu pengetahuan dan mengikuti setiap syaitan yang sangat jahat, yang telah ditetapkan terhadap syaitan itu, bahawa barangsiapa yang berkawan dengan dia, tentu dia akan menyesatkan, dan membawanya ke azab neraka.(Al-Haj : 3-4)


Nas al-Quran ini jelas menunjukkan kefahaman yang perlu diambil sebagai panduan untuk mendapatkan kesedaran keimanan. Ia dapat dirumuskan dengan ringkas iaitu betapa hebatnya ilmu manusia yang menjurus ke arah pengenalan Allah SWT sebagai Rab lalu membolehkannya terus berubudiyah.Sekaligus ia juga menghapuskan kejahilan yang menjadi teman setia hawa nafsu dan syaitan yang menyesatkan dengan kepekatan keangkuhan.


Perkara paling malang sekali untuk mereka ialah Allah menyediakan hukuman seksaan api neraka yang tidak seorang pun dapat melepaskan diri daripadanya. Mohon dilindungi Allah SWT ke atas

semua mukminin mukminat dan muslimin muslimat daripada bencana kemurkaan Allah Jalla Jalaluh.

Begitu juga sebaliknya terdapat sebahagian manusia yang dirahmati Allah SWT dengan penganugerahan kemenangan ke atas mereka. Firman-Nya yang bermaksud :


Sesungguhnya jawapan orang-orang mukmin, apabila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan: Kami mendengar, dan kami patuh. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertaqwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan.


Berdasarkan nas ini jelas betapa besar erti dan peranan iman yang membuahkan ubudiyah, kepatuhan dan ketaatan, ketakutan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Iman sebegini akan dianugerahkan kemenangan oleh Allah SWT

Sunday 22 May 2011

Nur Allah ( S W T) ..

Bismillahirohmanirahim,

Pengenalan Nur ( cahaya )

Nur atau cahaya itu ialah sesuatu yang menyebabkan kita nampak dengan jelas akan sesuatu. Baik dengan mata kepala kita atau mata hati. Ia adalah perlu untuk kehidupan manusia terutama dalam kehidupan yang berhubung dengan agama dan penerimaan petunjuk atau hidayah daripada Allah s.w.t.

Firman Allah :

" Allah ( pemberi ) cahaya ( kepada ) langit dan bumi. Perumpamaan cahayaNya adalah seperti sebuah lubang besar yang tidak tembus, yang di dalamnya ada pelita. Pelita itu di dalam kaca dan kaca itu seakan-akan bintang ( yang bercahaya ) seperti mutiara yang dinyalakan dari pohon yang banyak berkahnya, ( iaitu ) pohon zaitun yang tidak tumbuh di sebelah Timur ( sesuatu ) dan tidak ( pula ) tumbuh di sebelah Barat. Yang minyaknya ( sahaja ) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak di sentuh api. Cahaya di atas cahaya ( berlapis-lapis ), Allah membimbing kepada cahayaNya siapa yang dikehendaki dan Allah membuat perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu."
( Surah An Nur Ayat 35 )

Menurut pembahagian,nur itu terbagi kepada dua,iaitu:

Nur Lahir (Hissi) iaitu cahaya menolong kita melihat sesuatu dengan mata kepala kita seperti cahaya sinaran matahari yang memberi kita cahaya terang dikala siang.
Nur Batin (Ma’nawi) iaitu cahaya monologi kita melihat dengan mata hati terhadap sesuatu yang ghaib atau memahami sesuatu hakikat atau pengertian.
Nur Batin ini terbagi pula kepada 8 jenis,iaitu:

  1. Nur Al-Iman : Cahaya keimanan iaitu cahaya sejati yang dapat menembusi segala kegelapan dimana akan ternyata keagungan dan keesaan Allah s.w.t menyinari hati insan.
  2. Nur Al-Qalb : Cahaya hati iaitu cahaya yang wujud dengan sempurna dengan memperoleh sinaran cahaya daripada nur Al-Iman.
  3. Nur Ar-Ruh : Cahaya Ruh (jiwa) iaitu cahaya yang diperoleh dengan sebab kepatuhan yang sungguh-sungguh kepada Allah dan menyucikan peribadi dari perlakuan liar dan adat resam yang merugikan sehingga ruhnya dapat berhubung dengan alam malaikat.
  4. Nur An-Nafs : Cahaya pribadi yang wujud dengan sempurna berikutan dengan memperoleh sinaran dari pada Nur Ar-Ruh.
  5. Nur As-Sirr : Cahaya rahsia yang diperoleh dengan mengenal Allah dengan sebenar-benar pengenalan yang diikuti dengan hubungan kepada Maha Pencipta tanpa selainNya sehingga dapat menyaksikan keajaiban kebesaran Ilahi di Alam Malakut dan Alam Mulk dan Syahada.
  6. Nur Al-Aql : Cahaya akal yang wujud dengan sempurna dengan memperoleh sinaran cahaya daripada Nur As-Sirr.
  7. Nur Al-Qur’an : Cahaya Qur’an yang merupakan Nur Allah s.w.t. yang berhubung rapat dengan DzatNya Yang Maha Tinggi. Hakikat Nur ini adalah diserahkan kepada Allah.Cuma diketahui bahwa nur inilah yang menimbulkan Nur As-Sirr dan nur yang lain.
  8. Nur Al-kasyaf; Cahaya singkapan iaitu Nur Al-Qur’an yang merupakan nur yang paling tinggi dan mamberi kesan yang istimewa. Nur ini dapat menggilapkan cermin hati para insan dengan membaca ayat-ayat suci,dzikrullah (takbir,tahmid,tasbih,taqdis dan lain-lain); juga dengan memakan makanan yang halal, berlaku ikhlas, berpuasa meninggalkan sesuatu yang memesongkan, sentiasa membersihkan diri dan peribadi dengan mengekalkan wudhu’ dan menjaga segala waktu untuk ketaatan dan berbakti kepada Allah s.w.t.
Allah berfirman:

"Wahai manusia,sungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari tuhanmu (nabi Muhammad dan mujizatnya); dan kami telah menurunkan kepadamu satu cahaya (Al-Qur’an) yang terang benderang."
( Surah An-Nisaa’ Ayat 174 )

Menurut golongan Sufi bahwa nur ini memungkinkan mengangkat pandangan kepada ‘Arasy dan Kursi dan menyaksikan segala nur-nur yang indah hingga terbuka segala rahsia-rahsia alam dan bermacam-macam rupa alam ghaib

Nur inilah yang menyelubungi peribadi Nabi Muhammad s.a.w sehingga beliau dapat memandang atau mengetahui sesuatu dengan izin Allah. Dikala beliau pulang dari pengembaraan Isra’ dan mi’raj, orang-orang kafir mengerumuni beliau bagi menguji kebenaran pelajarannya. Mereka menanyakan sifat-sifat masjid Al-Aqsa dengan detail;tetapi pertanyaan itu dapat dijawab oleh nabi dengan tepat sehingga segolongan manusia merasa hairan dan kagum lalu mempercayai kebenaran nabi s.a.w.

Nur inilah yang membukakan pandangan kepada Khalifah Umar b.Al-Khattaab yang berada di kota Madinah dapat melihat daerah Nahawand dan melihat panglima dan tentara-tentara Islam yang sedang berjuang menyerang tentara-tentara Persi dibawah raja Yazdajird III dimana beliau mengeluarkan perintah menggempur musuh dengan hebat. Suara umar didengar pula oleh panglima Hudzaifah Al-Yaman sehingga beliau berjaya menumpaskan mereka.

Pada suatu masa ditanyakan Rasulullah s.a.w. dengan pertanyaan: "Apakah Nur itu?"

Beliau menjawab: "Apabila nur itu memasuki hati maka lega dan lapanglah hati itu." Kemudian ditanyakan lagi: "Bagaimanakah tandanya?" Sabdanya: "Hati itu tidak lupakan perkembaliannya ke Darul Khuld (negeri Akhirat) Dia tidaklah bermasyghul (berleka-leka) dengan keduniaan kerana dunia ini adalah tempat perayaan (dan Percubaan).Hati itu selalu mengingati kematian sebelum tibanya kematian itu."

Abdullah b. Mas’ud pernah berkata:

"Ilmu itu diperoleh bukanlah kerana semata-mata banyak riwayat (sumber biasa), tetapi dia hanya diperoleh dengan nur yang dicampakkan Allah ke dalam hati seseorang.

Firman Allah :

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mahu menerima petunjuk."
( Surah al-Qashash Ayat 56 )

MADAH.
Tuntutlah Ilmu, Beramallah daripada Ilmu yang berguna
Allah tidak memandang rupamu, hartamu,
Allah memandang Taqwamu.Ingatlah Iman itu tidak akan datang melayang bertahta di Hati!

FakirilAllah.

Tuesday 17 May 2011

Nama Syaitan di dalam Surah Al-fatihah

Al-Fatihah adalah satu rukun dalam solat, apabila cacat bacaannya maka rosaklah solat. Oleh itu perbaikilah bacaannya dengan ilmu tajwid. Bukan setakat bacaannya saja rosak malah kita menyebut nama syaitan di dalam solat kita. Berikut diperturunkan nama syaitan laknat yang wujud di dalam Al-Fatihah, sekiranya kita tidak berhati-hati.
Nama syaitan;

1. DU LI LAH (bila dibaca tiada sabdu) sepatutnya DULILLAH

2. HIR ROB (bila dibaca dengan sabdu) sepatutnya HI ROB

3. KIYYAU (bila dibaca dengan sabdu) sepatutnya KI YAU

4. KANNAK (bila dibaca dengan sabdu) sepatutnya KA NAK

5. KANNAS (bila dibaca dengan sabdu) sepatutnya KA NAS
SIROTHOLLAZI............. sehingga habis hendaklah dibaca tanpa henti.

AMIN — hendaklah mengaminkan Al-Fatihah dengan betul iaitu AA — dua harakat, MIN— 3 harakat, semoga Amin kita bersamaan dengan Amin malaikat.

Insya-Allah. semoga kita menjadi orang yang sentiasa membaiki bacaannya